Mengungkap Pengaruh Aristoteles pada Pemikiran Filsuf Muslim: Dari Al-Farabi Hingga Ibnu Rusyd
- Image Creator/Handoko
Dalam metafisika, Ibnu Sina mengembangkan konsep tentang “wujud” yang menggambarkan segala sesuatu yang ada. Pemikiran ini sangat mirip dengan pandangan Aristoteles mengenai substansi dan eksistensi. Namun, Ibnu Sina memberikan penekanan yang lebih besar pada peran Tuhan sebagai “wujud wajib” yang menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta, sebuah konsep yang disesuaikan dengan pandangan teologis Islam.
Selain itu, dalam filsafat epistemologi, Ibnu Sina mengambil pendekatan rasionalis yang sangat dipengaruhi oleh Aristoteles, menganggap bahwa pengetahuan bisa dicapai melalui pemikiran logis dan pengalaman inderawi, tetapi juga tidak terlepas dari wahyu ilahi yang membimbing manusia dalam memahami kebenaran.
Al-Ghazali: Kritik terhadap Aristoteles dan Filsuf Rasional
Walaupun banyak filsuf Muslim yang mengagumi Aristoteles, ada juga yang mengkritiknya, salah satunya adalah Al-Ghazali (1058-1111 M). Dalam karyanya yang terkenal, “Tahafut al-Falasifah” (Kehancuran Para Filsuf), Al-Ghazali mengkritik sejumlah filsuf Muslim, seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi, yang telah mengadopsi banyak pemikiran Aristoteles.
Al-Ghazali mempersoalkan pandangan Aristoteles mengenai “kausalitas” atau sebab-akibat, yang dipandangnya bertentangan dengan ajaran Islam tentang kehendak bebas Tuhan. Menurut Al-Ghazali, banyak konsep dalam filsafat Aristoteles yang bertentangan dengan konsep takdir dan kehendak Tuhan dalam agama Islam, seperti pandangan bahwa segala sesuatu memiliki sebab yang sudah ditentukan.
Namun, meskipun mengkritik Aristoteles, Al-Ghazali tetap menghargai pentingnya logika dan rasio dalam memahami dunia. Kritiknya lebih kepada penggunaan rasio yang terlalu kaku, yang menurutnya dapat mengabaikan dimensi spiritual dan pengalaman mistik yang lebih mendalam.
Ibnu Rushd (Averroes) dan Pembelaan terhadap Aristoteles