Filosofi Stoik: Pelajaran Abadi dari Marcus Aurelius untuk Hidup Bijaksana
- Image Creator bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Pada tahun 399 SM, dunia filsafat kuno terguncang oleh eksekusi Socrates, salah satu filsuf terbesar sepanjang masa. Tuduhan atas penghinaan terhadap dewa-dewa dan pengaruh buruk pada generasi muda membawanya pada kematian yang meninggalkan jejak mendalam. Dari tragedi ini, berbagai aliran filsafat berkembang, termasuk Stoisisme, yang tidak hanya bertahan selama lima abad tetapi juga memengaruhi cara pandang manusia hingga era modern.
Stoisisme lahir di Yunani pada akhir abad ke-4 SM dan menyebar luas ke Kekaisaran Romawi. Sebagai salah satu aliran filsafat yang berfokus pada ketahanan psikologis, Stoisisme sering dianggap sebagai pendahulu terapi psikologi modern. Filosofi ini berbeda dari aliran besar lainnya seperti Platonisme, Aristotelianisme, dan Epikureanisme karena berpusat pada bagaimana seseorang dapat menjalani hidup secara praktis dan bermakna, menjadikannya sebagai filosofi kehidupan sehari-hari.
Inti dari Stoisisme adalah ajaran tentang arete, istilah Yunani yang berarti kebajikan dan keunggulan moral. Filosofi ini menekankan pentingnya kebijaksanaan dan hidup yang selaras dengan alam. Stoisisme juga mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari hal-hal eksternal seperti kesehatan, kekayaan, atau reputasi, melainkan dari cara kita menggunakannya dengan bijak.
Marcus Aurelius, seorang Kaisar Romawi sekaligus filsuf Stoik, adalah salah satu figur yang menerapkan prinsip-prinsip Stoisisme dalam kehidupannya. Ia menulis karya legendaris The Meditations, sebuah catatan pribadi yang menawarkan wawasan mendalam tentang bagaimana menjalani hidup dengan kebajikan di tengah tekanan dan tanggung jawab sebagai pemimpin Kekaisaran Romawi.
Dalam The Meditations, Marcus mengingatkan bahwa harta atau status hanya menjadi baik jika digunakan dengan bijaksana. Kekayaan, misalnya, dapat menjadi alat untuk melakukan kebaikan atau sebaliknya menjadi sumber keburukan tergantung pada penggunanya. Dalam hal ini, Stoisisme mengajarkan bahwa moralitas seseorang lebih penting daripada kepemilikan materi.
Stoisisme juga memandang kehidupan sebagai sebuah perjalanan untuk mencapai kebijaksanaan. Filosofi ini menekankan pentingnya hidup yang sesuai dengan alam, yang dalam konteks Stoik berarti hidup selaras dengan rasionalitas manusia. Rasionalitas dianggap sebagai kemampuan tertinggi manusia yang membedakannya dari makhluk lain. Marcus Aurelius menulis bahwa dengan hidup berdasarkan kebijaksanaan, seseorang dapat mencapai ketenangan batin dan kedamaian, bahkan di tengah kesulitan terbesar.
Prinsip-prinsip Stoisisme mencakup gagasan bahwa apa yang terjadi di luar kendali kita sebaiknya diterima dengan lapang dada. Sebaliknya, fokus utama kita haruslah pada hal-hal yang berada dalam kendali kita, seperti pikiran, keputusan, dan tindakan. Dalam filsafat ini, orang diajarkan untuk menerima kenyataan hidup, termasuk penderitaan dan kematian, sebagai bagian alami dari kehidupan.