Demokrasi di Persimpangan Jalan: Apakah Sistem Ini Masih Relevan di Era Modern?
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Demokrasi, sebuah sistem pemerintahan yang dianggap sebagai simbol kebebasan dan keadilan, kini berada di persimpangan jalan. Era modern yang diwarnai oleh kemajuan teknologi, globalisasi, dan tantangan populisme membuat banyak pihak mempertanyakan relevansi demokrasi. Apakah sistem ini masih mampu menjadi solusi atas kompleksitas dunia saat ini, atau sudah waktunya mencari alternatif baru?
Awal Mula Demokrasi: Sebuah Eksperimen Sosial
Demokrasi pertama kali diperkenalkan di Athena pada abad ke-6 SM oleh Kleisthenes. Sistem ini memberi kekuasaan langsung kepada rakyat untuk mengambil keputusan melalui majelis rakyat (eklesia). Meski gagasan ini revolusioner pada masanya, demokrasi di Athena hanya mencakup warga laki-laki bebas dan mengecualikan wanita, budak, serta warga non-Yunani.
Dalam perjalanannya, demokrasi berkembang menjadi sistem yang lebih inklusif. Revolusi Amerika (1776) dan Revolusi Prancis (1789) menjadi tonggak penting dalam sejarah demokrasi modern. Kedua peristiwa ini memperkenalkan konsep-konsep seperti hak asasi manusia, kebebasan individu, dan pembatasan kekuasaan.
Namun, demokrasi yang ideal selalu menghadapi kritik. Plato, filsuf Yunani, menganggap demokrasi rentan terhadap manipulasi oleh demagog yang pandai memanfaatkan emosi rakyat. Kekhawatiran ini relevan hingga hari ini, terutama dengan munculnya politik populisme di berbagai belahan dunia.
Tantangan Demokrasi di Era Modern
Di era modern, demokrasi menghadapi berbagai tantangan yang menguji kekuatan dan relevansinya. Beberapa tantangan utama meliputi: