Colosseum: Karya Besar Vespasian yang Tak Lekang oleh Waktu, Apa Rahasianya?

Colosseum Keajaiban Arsitektur Romawi
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Colosseum Romawi, juga dikenal sebagai Flavian Amphitheatre, adalah salah satu karya arsitektur paling megah yang pernah dibangun oleh tangan manusia. Dikenal luas sebagai tempat pertunjukan gladiator dan eksekusi publik, Colosseum menjadi ikon yang melambangkan kejayaan Kekaisaran Romawi. Dibangun pada masa pemerintahan Kaisar Vespasian dan diselesaikan oleh putranya, Titus, Colosseum telah berdiri tegak selama hampir dua ribu tahun. Namun, apa yang membuat struktur ini begitu kuat dan tetap berdiri hingga hari ini? Apa rahasia di balik keabadian Colosseum?

Colosseum Romawi: Simbol Kejayaan atau Panggung Kekejaman?

Kisah di Balik Pembangunan Colosseum

Kaisar Vespasian memulai pembangunan Colosseum pada tahun 70 M sebagai simbol kekuasaan dan kemuliaan Kekaisaran Romawi. Saat itu, Romawi baru saja keluar dari perang saudara yang menghancurkan. Dengan membangun Colosseum di atas situs Nero's Domus Aurea, istana mewah yang dibangun oleh Kaisar Nero yang dibenci rakyat, Vespasian berusaha untuk memenangkan kembali dukungan publik. Colosseum bukan hanya menjadi monumen politik, tetapi juga tempat hiburan bagi rakyat Roma.

Darah dan Besi: Bagaimana Caesar dan Alexander Agung Membangun Empayar yang Tak Terhentikan

Colosseum dibangun menggunakan ribuan tenaga kerja, termasuk tahanan perang Yahudi. Struktur megah ini selesai dalam waktu delapan tahun, sebuah prestasi yang luar biasa mengingat skala dan kompleksitasnya. Saat selesai, Colosseum menjadi amfiteater terbesar di dunia dengan kapasitas lebih dari 50.000 penonton. Penonton yang datang ke Colosseum dapat menyaksikan pertunjukan brutal yang melibatkan gladiator, hewan buas, dan kadang-kadang pertempuran laut buatan.

Material Bangunan yang Kuat

Dari Republik ke Kekaisaran: Bagaimana Julius Caesar Menghancurkan Romawi dan Menjadi Legenda

Rahasia pertama di balik keabadian Colosseum terletak pada material yang digunakan dalam pembangunannya. Colosseum dibangun dengan menggunakan berbagai material, termasuk batu travertine, beton Romawi (opus caementicium), dan batu bata. Travertine, batu kapur putih yang diambil dari tambang di Tibur (sekarang Tivoli), adalah bahan utama untuk dinding luar Colosseum. Batu ini terkenal karena kekuatannya yang tahan lama, menjadikannya pilihan sempurna untuk bangunan besar.

Selain itu, orang Romawi menggunakan beton mereka yang terkenal kuat, dibuat dari abu vulkanik, kapur, dan air. Beton ini tidak hanya kokoh tetapi juga lebih tahan terhadap air dibandingkan beton modern. Kombinasi dari batu alam yang kuat dan beton yang canggih memberikan fondasi yang tahan lama untuk Colosseum, membuatnya mampu bertahan dari gempa bumi, kebakaran, dan berbagai peristiwa alam lainnya selama berabad-abad.

Halaman Selanjutnya
img_title