Pendekatan Spiritual dan Agama Menjadi Mutlak untuk Hentikan YOLO, FOMO, dan FOPO
- Image Creator Bing/Handoko
Salah satu cara terbaik untuk melawan pengaruh YOLO adalah dengan pengendalian diri, yang diajarkan oleh semua agama. Dalam Islam, konsep sabar dan zuhud mengajarkan umat untuk hidup sederhana, menghindari pemborosan, dan mengutamakan kebahagiaan jangka panjang. Sementara itu, dalam agama Kristen, ajaran tentang menahan godaan duniawi dan fokus pada kehendak Tuhan memberikan kekuatan untuk menghadapi godaan YOLO.
Melalui pengendalian diri, generasi muda dapat memahami bahwa hidup bukanlah tentang mengejar kesenangan sesaat, melainkan tentang membangun masa depan yang lebih baik dengan bijaksana.
Mengatasi FOMO dengan Syukur dan Tawakal
FOMO, atau ketakutan akan ketinggalan momen, sering kali membuat seseorang merasa tidak puas dengan hidupnya. Mereka selalu merasa kurang, karena terus membandingkan diri dengan orang lain di media sosial. Ajaran agama tentang bersyukur adalah solusi ampuh untuk mengatasi FOMO. Dalam Islam, konsep tawakal atau berserah diri kepada Tuhan mengajarkan bahwa rezeki dan takdir sudah diatur, sehingga tidak perlu cemas tentang apa yang kita lewatkan.
Demikian pula, dalam agama-agama lain, rasa syukur atas apa yang kita miliki sekarang dapat mengurangi tekanan untuk selalu terlibat dalam kegiatan yang tidak perlu. Dengan bersyukur, generasi muda dapat lebih fokus pada apa yang benar-benar penting, bukan hanya mengikuti tren atau mengejar popularitas semu.
FOPO: Menemukan Jati Diri melalui Kearifan Agama
FOPO, atau ketakutan akan pendapat orang lain, sering kali membuat generasi muda kehilangan jati diri mereka. Mereka merasa tertekan untuk mengikuti arus dan menyesuaikan diri dengan apa yang diharapkan oleh orang lain, baik di media sosial maupun dalam kehidupan nyata. Agama menawarkan solusi melalui pemahaman bahwa nilai diri seseorang tidak ditentukan oleh penilaian orang lain, melainkan oleh hubungan mereka dengan Tuhan dan kebaikan yang mereka lakukan di dunia.