Apa Makna 'Mengetahui Bahwa Kita Tidak Tahu'? Filosofi Socrates yang Menakjubkan

Socrates
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA -Socrates, seorang filsuf besar dari Yunani kuno, dikenal bukan hanya karena pemikiran dan ajarannya, tetapi juga karena pendekatannya yang unik terhadap pengetahuan. Salah satu pernyataan paling terkenal dari Socrates adalah, "Yang saya tahu adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa." Pernyataan ini mungkin terdengar sederhana, namun memiliki kedalaman filosofi yang luar biasa. Bagi Socrates, mengakui ketidaktahuan bukanlah kelemahan, melainkan langkah awal menuju kebijaksanaan sejati. Artikel ini akan menggali makna di balik filosofi Socrates tentang kesadaran akan ketidaktahuan dan mengapa ajaran ini tetap relevan hingga saat ini.

Pengetahuan Tanpa Etika adalah Tidak Berguna

Socrates dan Sikap Merendahkan Diri

Pernyataan “saya tidak tahu apa-apa” mencerminkan sikap rendah hati yang luar biasa dalam konteks filsafat. Dalam dunia yang penuh dengan klaim pengetahuan absolut, Socrates tampil sebagai sosok yang justru menantang status quo dengan sikap skeptis terhadap dirinya sendiri. Alih-alih menganggap dirinya sebagai seorang yang tahu segalanya, Socrates lebih memilih untuk menyadari batas pengetahuannya. Hal ini membuatnya menjadi berbeda dengan banyak tokoh filsafat pada masanya, yang sering kali mengklaim memiliki jawaban atas segala pertanyaan besar dalam kehidupan.

Kebajikan Tidak Diajarkan; Kebajikan Adalah Praktik

Kesadaran akan ketidaktahuan ini tidak berarti Socrates menyerah pada kebodohan atau tidak berusaha mencari kebenaran. Sebaliknya, hal ini menunjukkan komitmennya yang mendalam untuk terus belajar, bertanya, dan menggali lebih jauh. Socrates percaya bahwa hanya dengan mengakui bahwa kita tidak tahu, kita dapat membuka diri untuk menerima pengetahuan baru dan pemahaman yang lebih mendalam.

Mengetahui Bahwa Kita Tidak Tahu: Langkah Menuju Kebijaksanaan

Mengenal Lebih Dekat Hubungan Pemikiran Al-Farabi dengan Etika Aristoteles

Menurut Socrates, kebijaksanaan sejati dimulai dari pengakuan bahwa kita tidak tahu segalanya. Pernyataan ini bukanlah bentuk pesimisme, melainkan dorongan untuk terus mencari kebenaran dengan cara yang kritis dan reflektif. Dalam dialog-dialognya, Socrates kerap menggunakan metode bertanya untuk menggali lebih dalam tentang apa yang sebenarnya dipahami oleh lawan bicaranya. Proses ini dikenal sebagai metode dialektika atau metode Socratic.

Melalui pertanyaan-pertanyaan yang tajam dan sering kali menggiring, Socrates berusaha membawa lawan bicaranya pada kesadaran bahwa mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami topik yang mereka bicarakan. Tujuannya bukan untuk mempermalukan, tetapi untuk mendorong pemikiran yang lebih kritis dan reflektif. Dengan cara ini, Socrates menantang orang untuk tidak hanya menerima apa yang mereka anggap benar, tetapi juga untuk terus mempertanyakan dan meneliti keyakinan mereka sendiri.

Halaman Selanjutnya
img_title