Socrates dan Metode Dialektikanya: Mengungkap Cara Bertanya yang Mengungkap Kebenaran
- Image Creator/Handoko
Malang, WISATA - Socrates, filsuf Yunani kuno yang hidup sekitar abad ke-5 SM, dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah filsafat. Ia tidak hanya membawa ide-ide revolusioner ke dunia filsafat, tetapi juga memperkenalkan metode pengajaran yang dikenal sebagai dialektika, atau yang lebih sering disebut sebagai Metode Socratic. Metode ini bertujuan mengungkap kebenaran melalui serangkaian pertanyaan kritis yang dirancang untuk menguji asumsi, keyakinan, dan pendapat seseorang. Hingga saat ini, metode ini masih relevan dan banyak diterapkan dalam dunia pendidikan, hukum, serta kehidupan sehari-hari.
Siapakah Socrates?
Socrates lahir di Athena pada tahun 469 SM dan dianggap sebagai pelopor pemikiran filsafat Barat. Ia tidak menulis apapun; pengetahuan kita tentang pemikiran Socrates sebagian besar berasal dari catatan murid-muridnya, terutama Plato dan Xenophon. Berbeda dengan para filsuf sebelumnya yang mencoba menjelaskan alam semesta dan elemen-elemennya, Socrates lebih fokus pada masalah moralitas, etika, dan bagaimana manusia seharusnya hidup.
Socrates sering terlihat berdiskusi dengan orang-orang di pasar Athena, menantang mereka untuk mempertimbangkan kembali keyakinan mereka melalui serangkaian pertanyaan yang mendalam. Ini adalah metode yang kemudian dikenal sebagai Metode Socratic, yang bertujuan untuk memandu orang menemukan pengetahuan dan kebenaran melalui dialog.
Apa Itu Metode Dialektika Socratic?
Metode dialektika Socratic adalah teknik tanya-jawab yang dirancang untuk mengeksplorasi konsep-konsep yang mendasari keyakinan seseorang. Alih-alih memberikan jawaban langsung atau dogmatis, Socrates lebih memilih untuk menantang orang lain dengan pertanyaan-pertanyaan yang memaksa mereka berpikir kritis.
Dalam proses dialektika ini, Socrates sering memulai dengan mengajukan pertanyaan dasar seperti, “Apa itu kebenaran?” atau “Apa itu keadilan?” Dari sini, dia akan terus mengajukan pertanyaan yang lebih mendalam untuk mengekspos kelemahan dalam argumen atau asumsi seseorang. Tujuan akhirnya bukanlah untuk memenangkan argumen, tetapi untuk membantu individu tersebut menemukan kebenaran melalui pemikiran kritis dan reflektif.