Paulo Freire: Dialog adalah Cinta, Kerendahan Hati, dan Harapan
- Cuplikan layar
Meski terdengar ideal, dialog yang sejati bukan hal yang mudah diwujudkan. Banyak tantangan yang menghadang. Salah satunya adalah budaya otoriter yang masih mengakar. Dalam budaya ini, suara anak muda sering disepelekan, kritik dianggap ancaman, dan pertanyaan dianggap pembangkangan.
Tantangan lainnya adalah ego. Banyak orang merasa sudah paling tahu, sehingga menutup telinga terhadap perspektif lain. Padahal, seperti kata Freire, “Tak ada yang tahu segalanya, tak ada pula yang tidak tahu apa-apa. Kita semua tahu sesuatu, dan dari sanalah kita bisa saling belajar.”
Mengatasi tantangan-tantangan ini butuh keberanian. Keberanian untuk membuka diri, mengakui kelemahan, dan membangun ruang-ruang diskusi yang aman dan saling menghormati.
Dialog adalah Jalan Pembebasan
Bagi Freire, dialog bukan sekadar metode, melainkan etos hidup. Ia adalah cara kita memandang orang lain sebagai sesama manusia. Ia adalah jalan menuju pembebasan, baik pembebasan individu maupun pembebasan kolektif.
Freire percaya bahwa hanya melalui dialoglah manusia bisa benar-benar menjadi manusia. Bukan melalui monolog, bukan melalui propaganda, bukan melalui dominasi.
Dalam dunia yang semakin keras dan penuh polarisasi, kutipan ini adalah pengingat bahwa masih ada jalan yang lebih manusiawi. Jalan yang tidak selalu cepat, tetapi penuh makna. Jalan yang tidak merendahkan, tetapi mengangkat martabat. Jalan itu adalah dialog.