Paulo Freire: Dialog adalah Cinta, Kerendahan Hati, dan Harapan

"Pedagogy of the Oppressed" – Paulo Freire
Sumber :
  • Cuplikan layar

Salah satu elemen penting dalam dialog menurut Freire adalah kerendahan hati. Tanpa kerendahan hati, tidak mungkin ada dialog. Mengapa? Karena dialog menuntut kesediaan untuk menerima bahwa kita bisa saja salah, bahwa orang lain juga memiliki kebenaran dari perspektifnya sendiri.

Paulo Freire: Pendidikan Sejati Adalah Menyalakan Api Kesadaran, Bukan Mengisi Ember Kosong

Dalam pendidikan, seorang guru yang rendah hati tidak merasa dirinya superior atas muridnya. Ia membuka ruang diskusi dan pertukaran pikiran. Ia tidak mendikte, melainkan membimbing. Guru dan murid sama-sama belajar, sama-sama tumbuh, dan sama-sama menjadi manusia yang utuh.

Begitu pula dalam kehidupan sosial dan politik. Dialog antarkelompok yang berbeda tidak akan mungkin terjadi jika masing-masing merasa paling benar dan enggan mendengar. Hanya dengan kerendahan hatilah kita bisa melihat bahwa dunia tidak hanya hitam-putih, dan setiap suara layak didengar.

Paulo Freire: Ketika yang Tertindas Berubah Menjadi Penindas

Harapan yang Tidak Pernah Padam

Elemen ketiga dalam dialog menurut Freire adalah harapan. Dialog bukan hanya soal sekarang, tetapi juga tentang masa depan. Ia mengandung keyakinan bahwa melalui pertemuan ide, kita bisa membangun perubahan. Bahwa dunia ini bisa diperbaiki, bukan melalui kekerasan, melainkan melalui pemahaman dan kerja sama.

Paulo Freire: “Tidak Ada Pendidikan yang Netral. Ia Mendidik untuk Membebaskan atau untuk Menindas.”

Freire menulis buku Pedagogy of the Oppressed bukan untuk menawarkan teori kosong, tetapi untuk menyalakan harapan. Bahwa kaum tertindas tidak harus selamanya dalam posisi itu. Melalui pendidikan dan dialog yang bermakna, perubahan sosial bisa dimulai—pelan, tapi pasti.

Relevansi di Dunia Pendidikan Indonesia

Halaman Selanjutnya
img_title