'The Name of the Rose': Dialog Antara Sejarah, Simbolisme, dan Kritik Sosial
- Tangkapan layar
Salah satu simbol paling kuat dalam novel ini adalah perpustakaan biara yang berisi berbagai manuskrip langka dan pengetahuan kuno. Namun, alih-alih menjadi tempat yang terbuka bagi semua pencari ilmu, perpustakaan ini justru dijaga ketat dan dilarang diakses oleh sembarang orang.
Simbol ini menggambarkan bagaimana pengetahuan sering kali dimonopoli oleh segelintir elit yang berkuasa. Dalam sejarah, banyak sekali kasus di mana buku dan manuskrip tertentu dilarang beredar karena dianggap berbahaya bagi tatanan sosial atau kepercayaan yang berlaku. Novel ini menyoroti bagaimana sensor terhadap ilmu pengetahuan dapat membahayakan masyarakat, karena menutup akses terhadap pemahaman yang lebih luas dan mendalam.
Di tengah cerita, pembunuhan demi pembunuhan terjadi di biara tersebut, dan semuanya berkaitan dengan sebuah buku langka yang menyimpan "kebenaran" yang berbahaya. Ini menjadi metafora bagi bagaimana kekuasaan sering kali takut pada pengetahuan yang dapat menggoyahkan status quo.
Kritik Sosial: Dogma vs Pemikiran Kritis
Salah satu tema utama dalam The Name of the Rose adalah pertarungan antara dogma dan pemikiran kritis. Karakter Jorge dari Burgos, seorang biarawan tua yang keras dan fanatik, melambangkan golongan yang menolak segala bentuk pemikiran baru yang berpotensi menggoyahkan keyakinan yang telah mapan.
Jorge percaya bahwa tertawa adalah sesuatu yang berbahaya karena dapat meruntuhkan otoritas agama. Ia berusaha menyembunyikan buku yang mengajarkan tentang humor, karena ia takut bahwa jika manusia mulai tertawa, mereka akan mulai mempertanyakan otoritas yang ada.
Hal ini menjadi kritik tajam terhadap bagaimana institusi tertentu sering kali menggunakan dogma untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Dalam sejarah, banyak pemikir besar seperti Galileo Galilei dan Giordano Bruno yang mengalami penindasan hanya karena ide-ide mereka dianggap bertentangan dengan ajaran gereja.