Lauk Daun: Drama WhatsApp RT yang Mengupas Konflik Kampung Merdeka dan Ambisi Ketua PKK
- Handoko/istimewa
Semarang, WISATA – Apa jadinya jika obrolan grup WhatsApp RT menjadi saksi bisu dari ambisi, konflik, hingga berbagai drama sehari-hari? Novel Lauk Daun karya Hartari menghadirkan kisah penuh warna yang menggambarkan kehidupan masyarakat di Kampung Merdeka selama pandemi. Dengan gaya penulisan yang ringan namun tajam, novel ini menyentuh berbagai aspek sosial yang dekat dengan keseharian kita.
Kehidupan Kampung yang Berubah Drastis di Masa Pandemi
Di masa pandemi COVID-19, banyak perubahan besar terjadi di masyarakat. Hal ini menjadi inspirasi utama novel Lauk Daun. Kampung Merdeka digambarkan sebagai lingkungan yang mencoba bertahan di tengah kesulitan dengan cara unik. Salah satunya adalah program kampung berkebun yang dipimpin oleh Bu As, Ketua PKK yang ambisius. Dengan tekad menjadikan Kampung Merdeka unggul di antara kampung lain, ia menggalang berbagai kegiatan, termasuk "kampung lombok" yang viral.
Namun, ambisi ini tidak selalu berjalan mulus. Konflik mulai muncul ketika warga merasa tidak semua program Bu As relevan atau adil. Lewat grup WhatsApp RT, perdebatan memanas, menyulut berbagai konflik yang mencerminkan dinamika masyarakat kita saat ini.
Karakter-Karakter yang Kuat dan Relatable
Hartari berhasil menciptakan tokoh-tokoh yang terasa hidup dan dekat dengan pembaca. Bu As, dengan ambisinya, menjadi representasi pemimpin yang ingin maju tetapi kerap berbenturan dengan realitas. Sementara itu, tokoh lain seperti Yayuk, anggota PKK yang skeptis, memberikan sudut pandang yang beragam tentang bagaimana masyarakat menanggapi perubahan.
Tokoh-tokoh ini berinteraksi dalam situasi yang tidak asing, seperti lomba Agustusan, arisan, hingga insiden kecil yang berujung besar. Hartari menunjukkan bahwa bahkan hal-hal sederhana bisa menjadi kompleks jika ditambah bumbu intrik sosial.