CERPEN: Serial Vista Episode 3, Lautan Literasi

Serial Vista Episode 3, Vista mendapat tawaran dari Ella
Sumber :
  • viu.com

Makassar, WISATA – “Vistaa!” teriakan Gabriella yang sering dipanggil Ella melengking di telingan Vista tepat saat ia baru saja dadah-dadah ke papa yang pagi itu kembali mengantarnya ke sekolah.

CERPEN: Janji Sarah Buat Ivan (1)

Tersengal, Ella nyaris menubrukkan badannya ke bahu Vista.

“Kenapa lari-lari, tampaknya serius sekali?” tanya Vista. Ella ini sama-sama kelas 11 tapi dia beda kelas dengan Vista. Ella adalah anggota OSIS yang bertugas mengurusi mading sekolah.

CERPEN: Serial Vista Episode 2, Suami Misterius

“Kamu tahu nggak, Vis, aku lolos seleksi pertukaran pelajar ke Uganda.”

“Buset, nggak salah? Orang tuh pertukaran pelajar ke Perancis, Finlandia, Amerika. Napa kamu milihnya ke Uganda?”

CERPEN: Serial Vista Episode 1, Keluarga Masa Kini

Ella meringis memperlihatkan giginya yang dibehel. “Bukan, bukan Uganda, tapi Uzbekistan. Sama-sama huruf ‘U’ jadi salah deh.”

“Kalau hanya pertukaran pelajar ke sesama negara berkembang, kenapa nggak ke Malaysia saja, dekat.”

“Eh, sudah nggak usah bahas pertukaran pelajar, intinya bukan itu. Kalau aku pergi, yang ngurus mading nggak ada. Jadi kemarin aku mengusulkan ke Bu Nindy agar kamu bisa menggantikan aku.”

“Aku? Kenapa harus aku?” tanya Vista sok jual mahal, padahal aslinya dia senang.

Ella diam memerhatikan paras Vista baik-baik.

“Karena, dari seluruh pengirim artikel mading sekolah kita, cuma kamu yang rutin kirim tiap dua hari sekali. Sampai aku bosen baca namamu dan namamu lagi. Bingung memilih mana yang harus dimasukkan di mading karena lu lagi lu lagi,” ucap Ella lalu tertawa terbahak.

Vista cemberut, “Itu karena kamu tidak berhasil menumbuhkan semangat literasi di kalangan teman-teman.”

“Nah, karena itulah kurasa pilihanku tidak keliru. Aku yakin kamu bisa menumbuhkan semangat literasi teman-teman. Jangan kaget ya kalau nanti atau besok bu Nindy memanggilmu untuk membicarakan hal ini. Aku cuma mau ngomong itu saja sih. Bye, aku pergi dulu!” Ella berlari meninggalkan Vista yang terbengong.

Duh, kenapa aku tadi membual soal menumbuhkan semangat literasi segala, ya? batin Vista menyesal. Ia tak keberatan dibilang mengirim naskah dua hari sekali karena memang sesering itu ia kirim naskah. Tapi tadi ia sempat tersinggung karena tawa Ella keras sekali, jadi sengaja ia menyindir Ella. Sekarang jadinya senjata makan tuan, deh.

Di sisi lain sebenarnya Vista juga rada-rada eksaited dengan kabar ini, karena secinta itu ia dengan menulis. Kalau ia menggantikan Ella, ia akan bisa menentukan akan seperti apa karakter mading sekolah mereka nanti. Kalau bahan/materi yang masuk jelek-jelek, ia juga bebas memasukkan karya-karyanya sendiri. Sepertinya seru.

--

Ternyata hari itu bu Nindy belum memanggil Vista. Yang memanggil Vista justru papanya, saat selesai makan malam dan Vista hendak membuat artikel untuk bahan mading.

Papa meminta waktu Vista dan juga mama untuk berbincang sejenak mengenai sesuatu yang penting untuk masa depan mereka bertiga. Apalagi kalau bukan soal pekerjaan baru papa Vista, sebagai wartawan online.

“Sebenarnya tidak tepat juga kalau dibilang wartawan. Istilahnya sekarang adalah content writer. Jadi jauh sebelum papa resign, telah ada diskusi antara papa dan Om Danu, teman papa. Ia telah mengelola portal online dari media Vivi selama beberapa tahun. Untuk portal mainstreamnya bernama Vivi.go.id,” jelas papa Vista.

“Cukup terkenal itu Vivi, mama sering baca artikel di sana,” celetuk mama. Vista mengangguk setuju.

“Jadi papa jadi content writer di Vivi?” tanya Vista.

“Bukan. Papa mengelola satu sub domain di bawah Vivi. Papa bebas menentukan akan memasang berita apa saja, yang jelas harus dapat viewers banyak-banyak. Semakin banyak viewers atau pembaca, maka akan semakin besar bayaran yang diterima.”

“Uangnya itu dari mana, Pa? Dari iklan yang dipasang oleh Vivi, ya?” tanya mama.

Papa mengangguk.

“Terus, hubungannya dengan Vista dan mama apa, Pa?” tanya Vista.

“Ada target tulisan yang harus dipenuhi. Papa sudah mempelajari beberapa portal online yang mati sebelum sempat berkibar. Kebanyakan karena penulisnya mandul, tidak menghasilkan artikel sama sekali. Jadi papa saat ini sama sekali tidak berpikiran untuk mengajak orang lain, kecuali nama Om Danu yang memang harus muncul di tim redaksi. Tapi dia tidak akan menulis di sub domain yang papa kelola. Papa berencana memasang nama Vista dan mama sebagai tim redaksi selain papa sendiri.”

“Haaa??” Vista dan Mama sama-sama bengong.

“Tapi Vista kan masih sekolah, Pa?” protes mama Vista.

“Mama juga sibuk bikin video reels, Pa,” celetuk Vista.

“Di sub domain yang papa kelola ini, papa berhak menentukan channel atau rubrik yang harus diisi. Jadi selain channel berita, olah raga, wisata, hobi, politik, akan ada juga channel ‘dunia wanita’ dan ‘sekolah’. Papa ingin bantuan kalian berdua, sesekali mengisi channel itu dengan artikel. Mama untuk channel ‘dunia wanita’ dan Vista untuk channel ‘sekolah’. Bagaimana, sanggup, kan?”

Vista dan mamanya terdiam. Mama mikir apakah ia masih sanggup menulis di sela kesibukan menjalankan tugas-tugas rumah tangga dan membuat reels. Vista mikir betapa dua hal terkait menulis tiba-tiba disodorkan langsung di depan hidungnya. Satu mengurusi mading sekolah dan satu lagi menjadi reporter untuk sub domain portal online. Dan ia tidak punya alasan untuk menolak! Vista tiba-tiba saja merasa sedang terombang-ambing dalam lautan literasi.

Note: Menulis di portal online biasanya dituntut dengan target kuantitas dalam sehari. Misalnya 20 – 50 artikel sehari. Sepertinya berat, namun berita di media online biasanya adalah berita ringan dengan panjang hanya sekitar 350 kata saja dan bisa rewrite dari artikel lain, asal menyebut sumbernya.