Ketika Perdebatan Berakhir, Fitnah Menjadi Senjata Pecundang

Kematian Socrates
Sumber :
  • Wikipedia

Jakarta, WISATA - "Ketika perdebatan selesai, fitnah menjadi alat bagi pihak yang kalah." Kutipan Socrates ini mencerminkan realitas pahit dalam dunia pertukaran ide. Ketika argumen dan bukti tak lagi mampu menopang pendirian, fitnah dan caci maki menjadi senjata terakhir bagi mereka yang terpojok.

Kebenaran di Ujung Racun: Bagaimana Socrates Membela Kebebasan Berpikir Hingga Akhir Hayatnya

Perdebatan merupakan proses adu argumen untuk mencapai kesepakatan atau pemahaman yang lebih baik. Ketika perdebatan dilandaskan pada akal sehat dan rasa hormat, ia membuka ruang untuk dialog konstruktif dan pertukaran ide.

Namun, ketika perdebatan diwarnai dengan emosi dan ego, ia dapat dengan mudah tergelincir ke jurang fitnah. Fitnah, atau penyebaran informasi yang tidak benar dan bertujuan untuk menjatuhkan, menjadi alat bagi pihak yang kalah untuk menyerang kredibilitas dan karakter lawan.

Socrates vs Kekuasaan: Apa yang Diajarkan Pengadilan Socrates tentang Kebebasan Berbicara

Fitnah memiliki dampak destruktif bagi individu dan masyarakat. Ia dapat:

·        Mencoreng nama baik: Fitnah dapat merusak reputasi dan kredibilitas seseorang, bahkan tanpa bukti yang valid.

Socrates dan Perjuangan untuk Kebebasan Berbicara: Bagaimana Pengadilannya Membentuk Wacana Modern

·        Menimbulkan permusuhan: Fitnah dapat memicu perselisihan dan permusuhan antar individu atau kelompok.

·        Memperlemah rasa percaya: Fitnah dapat merusak rasa percaya dan memicu kecurigaan dalam masyarakat.

Halaman Selanjutnya
img_title