Ketika Perdebatan Berakhir, Fitnah Menjadi Senjata Pecundang

Kematian Socrates
Sumber :
  • Wikipedia

Jakarta, WISATA - "Ketika perdebatan selesai, fitnah menjadi alat bagi pihak yang kalah." Kutipan Socrates ini mencerminkan realitas pahit dalam dunia pertukaran ide. Ketika argumen dan bukti tak lagi mampu menopang pendirian, fitnah dan caci maki menjadi senjata terakhir bagi mereka yang terpojok.

Review Buku Laut Bercerita: Menyelami Luka Sejarah dan Kekuatan Cinta di Masa Kelam

Perdebatan merupakan proses adu argumen untuk mencapai kesepakatan atau pemahaman yang lebih baik. Ketika perdebatan dilandaskan pada akal sehat dan rasa hormat, ia membuka ruang untuk dialog konstruktif dan pertukaran ide.

Namun, ketika perdebatan diwarnai dengan emosi dan ego, ia dapat dengan mudah tergelincir ke jurang fitnah. Fitnah, atau penyebaran informasi yang tidak benar dan bertujuan untuk menjatuhkan, menjadi alat bagi pihak yang kalah untuk menyerang kredibilitas dan karakter lawan.

Francis Bacon: "Kebohongan yang Diterima dengan Senang Hati adalah Lebih Buruk daripada …"

Fitnah memiliki dampak destruktif bagi individu dan masyarakat. Ia dapat:

·        Mencoreng nama baik: Fitnah dapat merusak reputasi dan kredibilitas seseorang, bahkan tanpa bukti yang valid.

Plato: "Negara yang Tidak Mendidik Rakyatnya adalah Seperti Kapal yang Tidak Memiliki Nahkoda"

·        Menimbulkan permusuhan: Fitnah dapat memicu perselisihan dan permusuhan antar individu atau kelompok.

·        Memperlemah rasa percaya: Fitnah dapat merusak rasa percaya dan memicu kecurigaan dalam masyarakat.

Halaman Selanjutnya
img_title