Kelahiran Bayi Badak di Suaka Rhino Sumatera - Harapan Kelangsungan Hidup Badak yang Terancam Punah
- indonesia.go.id
WISATA – Baru-baru ini seekor bayi badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) berjenis kelamin betina telah lahir di Suaka Rhino Sumatra, Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK), Lampung Timur. Badak Sumatra tersebut lahir dari hasil perkawinan badak jantan bernama Andalas yang berusia 22 tahun dan badak betina bernama Ratu yang bermur 23 tahun – yang merupakan penghuni Suaka Rhino Sumatra (SRS), yaitu tempat konservasi semi insitu satu-satunya di Indonesia. Ratu melahirkan bayinya pada pukul 01.44 WIB tepatnya di hari sabtu 30 September 2023, dengan berat 30 kg. Bayi badak tersebut terlahir sehat dan lincah, dan langsung bisa berdiri 45 menit setelah kelahirannya.
Kelahiran bayi badak Sumatra tersebut tentu saja memberi harapan bagi keberlangsungan spesies ini yang terancam punah. Kelahiran tersebut sudah dilaporkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menurut Menteri LHK kabar kelahiran bayi badak tersebut menjadi berita bahagia, bukan hanya bagi masyarakat Indonesia tetapi juga dunia.
Menurut Nationalgeographic.grid.id, Kelahiran bayi badak tersebut menambah jumlah badak yang ada di SRS menjadi sembilan ekor. Selain Ratu, Andalas, dan anaknya yang belum diberi nama, ada juga Bina, Rosa, Delilah, Sedah Mirah, Harapan, dan Andatu. Para badak tersebut adalah harapan bagi kelangsungan hidup badak Sumatra yang saat ini hanya tersisa sekitar 80 ekor di alam liar.
Badak Sumatra merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia, demikian menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 106 Tahun 2018. Di dalam IUCN Red List, status konservasi badak Sumatra adalah critically endangered atau terancam kritis. Keberadaannya tersebar di hutan-hutan Sumatra seperti Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Way Kambas, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan sebagian kecil populasi di Kalimantan Timur. Jumlah badak Sumatra telah mencapai titik kritis yang sangat rendah sebagian besar karena campur tangan manusia melalui degradasi habitat dan perburuan. Namun, jauh sebelumnya, hewan-hewan ini juga telah mengalami masa sulit selama beberapa ribu tahun.
Oleh karena itu, upaya konservasi badak Sumatra sangat penting dan mendesak. SRS TNWK merupakan salah satu upaya konservasi yang berhasil mengembangbiakkan badak Sumatra secara semi alami. SRS TNWK telah menghasilkan empat individu badak Sumatra yang lahir yaitu Andatu (2012), Delilah (2016), Sedah Mirah (2022) dan anak ketiga dari Ratu-Andalas (2023) yang belum diberi nama.