Kisah Para Sufi: Rabiah, Perempuan Sufi yang Mengajarkan Bahwa Surga Tak Sepenting Cinta-Nya
- Image Creator Grok/Handoko
Dalam banyak kisah, para sufi besar seperti Sufyan al-Thawri bahkan datang kepadanya untuk meminta nasihat spiritual. Rabiah bukan hanya seorang sufi perempuan, melainkan seorang guru ruhani yang mampu menuntun siapa pun, tanpa memandang gender atau status sosial.
Melampaui Surga dan Neraka
Dalam perenungannya, Rabiah menyatakan bahwa surga dan neraka hanyalah ujian bagi cinta sejati. Cinta yang tulus tidak mengejar balasan, dan tidak takut akan siksaan. “Aku tidak menyembah Allah karena harapan atau ketakutan,” ujarnya. “Aku menyembah-Nya karena aku mencintai-Nya.”
Ajaran Rabiah seakan menjadi penyeimbang dalam spiritualitas Islam yang sering kali berat pada sisi syariat. Ia menawarkan dimensi batiniah yang lebih mendalam—mengajak manusia untuk naik ke level mahabbah, bukan hanya ibadah formal.
Ia menolak menjadikan Tuhan sebagai alat transaksi religius. Dalam satu penggalan kisah, Rabiah membawa obor dan seember air. Ketika ditanya tujuannya, ia menjawab, "Aku ingin membakar surga dan memadamkan api neraka, agar manusia menyembah Allah bukan karena takut atau harap, tapi karena cinta."
Pengaruh hingga Zaman Modern
Meski hidup lebih dari seribu tahun lalu, pengaruh Rabiah masih terasa hingga hari ini. Banyak penulis, filsuf, dan pencari spiritual dari berbagai latar belakang menjadikan Rabiah sebagai simbol ketulusan dalam spiritualitas. Dalam dunia yang semakin pragmatis dan materialistis, pesan Rabiah menjadi oase yang mengajarkan bahwa cinta kepada Tuhan tak butuh alasan.