Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Sibukkan Dirimu dengan Memperbaiki Diri, Bukan Mencela Orang Lain”

Mutiara Hikmah dari Para Sufi
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA — Dalam dunia yang semakin ramai oleh komentar, kritik, dan penghakiman, nasihat bijak dari seorang tokoh sufi besar Syekh Abdul Qadir al-Jailani menjadi sebuah tamparan lembut yang menyadarkan banyak orang. Beliau berkata,
“Sibukkan dirimu dengan memperbaiki diri, bukan mencela orang lain.”
Pesan ini bukan hanya petuah moral biasa, melainkan prinsip spiritual yang mampu membimbing manusia menuju ketenangan batin dan kehidupan yang lebih bermakna.

Seneca: Perjalanan Terbaik Adalah Perjalanan Ke Dalam Diri

Menggali Makna di Tengah Budaya Menghakimi

Syekh Abdul Qadir al-Jailani adalah ulama besar dari abad ke-11 yang dihormati karena kebijaksanaan, kesederhanaan, dan kedalaman ilmu spiritualnya. Dalam ajarannya, beliau sering mengingatkan bahwa kesempurnaan manusia bukan dilihat dari seberapa pandai ia menilai orang lain, tetapi dari seberapa tekun ia memperbaiki dirinya sendiri.

Cara Menjadi Bijak Menurut Epictetus: Ubah Diri, Bukan Dunia

Di era digital saat ini, di mana media sosial memudahkan siapa pun untuk melontarkan komentar tentang hidup orang lain, nasihat ini menjadi sangat relevan. Banyak orang sibuk memperhatikan kesalahan sesama, tetapi lupa melihat kekurangan dalam dirinya.

Introspeksi Sebagai Jalan Menuju Kedamaian Batin

Epictetus: Tentang Mengampuni dan Memaafkan dengan Hati Terbuka

Nasihat ini mengajak setiap individu untuk lebih fokus pada proses pembenahan diri ketimbang membuang waktu dan energi untuk mencela, mengkritik, bahkan menjatuhkan orang lain. Dalam Islam, introspeksi dikenal dengan istilah muhasabah—yaitu kegiatan menilai dan menimbang kembali perbuatan dan niat pribadi.

Sibuk memperbaiki diri berarti menyadari bahwa setiap manusia memiliki kekurangan, dan yang utama adalah bagaimana kita berjuang menjadi lebih baik setiap hari. Ini juga menumbuhkan kerendahan hati dan menjauhkan diri dari sifat sombong atau merasa paling benar.

Mengapa Mencela Orang Lain Merugikan Diri Sendiri

1.     Mengikis Keikhlasan dan Fokus Diri
Terlalu sibuk dengan kesalahan orang lain membuat kita kehilangan fokus untuk memperbaiki kelemahan pribadi. Ini menjauhkan dari pertumbuhan spiritual yang sejati.

2.     Menanamkan Kebencian
Perilaku suka mencela akan menumbuhkan kebencian dan mengeraskan hati. Sebaliknya, fokus pada diri sendiri melatih empati dan kasih sayang.

3.     Merusak Reputasi dan Relasi Sosial
Kebiasaan mencela bisa memicu konflik, memperburuk hubungan, dan menjauhkan orang lain dari kita.

4.     Menjauhkan Diri dari Tuhan
Dalam banyak ajaran sufi, dikatakan bahwa hati yang kotor karena iri, dengki, atau gemar mencela sulit menerima cahaya Ilahi. Kesucian hati hanya bisa diraih dengan memperbaiki diri dan menjauhi penilaian buruk terhadap orang lain.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam konteks Indonesia yang kaya dengan budaya gotong royong dan toleransi, pesan ini dapat menjadi pondasi untuk membangun masyarakat yang lebih sehat secara emosional dan spiritual. Daripada menghabiskan waktu untuk membicarakan kekurangan tetangga, kolega, atau tokoh publik, lebih baik energi itu digunakan untuk mendalami ilmu, memperbaiki akhlak, dan meningkatkan ibadah.

Seorang ibu rumah tangga, misalnya, bisa mulai dengan memperbaiki cara mendidik anaknya daripada membandingkan anak orang lain. Seorang pemimpin bisa fokus pada pengembangan tim dan diri ketimbang mengkritik strategi pesaing. Dan di ruang maya, setiap warganet bisa menahan diri untuk tidak menyebarkan ujaran kebencian atau menjelekkan orang yang berbeda pandangan.

Refleksi untuk Generasi Muda

Bagi generasi muda yang tumbuh dalam lingkungan digital yang serba terbuka dan kompetitif, nasihat ini menjadi penuntun penting. Tidak semua hal perlu dikomentari. Tidak semua kesalahan orang lain perlu diumbar. Sebaliknya, setiap kekurangan yang kita lihat bisa menjadi cermin bagi kita untuk tidak melakukan hal serupa.

Dengan memperbaiki diri secara terus-menerus, kita tidak hanya menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi juga memberi contoh positif bagi lingkungan sekitar.

Pesan Spiritual yang Melintasi Zaman

Syekh Abdul Qadir al-Jailani bukan sekadar tokoh agama, tetapi juga seorang guru spiritual yang ajarannya mampu menginspirasi lintas generasi. Nasihat-nasihat beliau tetap relevan di tengah hiruk-pikuk dunia modern. “Sibukkan dirimu dengan memperbaiki diri, bukan mencela orang lain” adalah kunci untuk membangun masyarakat yang lebih beradab, damai, dan saling menghormati.

Ketika seseorang sibuk memperbaiki dirinya, maka ia akan lebih memahami orang lain, lebih mudah memaafkan, dan lebih banyak memberi manfaat. Inilah ciri manusia paripurna dalam pandangan Islam.

Penutup: Jalan Menuju Kedewasaan dan Kedekatan dengan Tuhan

Nasihat ini adalah ajakan untuk kembali ke dalam diri, menyelami hati, dan mengoreksi langkah. Dalam memperbaiki diri, seseorang akan menemukan kelembutan, hikmah, dan kedekatan dengan Tuhan. Karena Tuhan tidak menilai siapa yang paling banyak mencela, tetapi siapa yang paling tekun memperbaiki diri.

Dengan menjadikan kata-kata Syekh Abdul Qadir al-Jailani ini sebagai pedoman, semoga kita semua dapat membentuk diri menjadi insan yang lebih rendah hati, penuh kasih, dan terus tumbuh dalam kebaikan.