Antara Taat dan Merdeka: Perjuangan Kartini Mendobrak Dinding Adat demi Perempuan
Rabu, 23 April 2025 - 19:13 WIB
Sumber :
- Bicara Tokoh
1. Pembentukan Kartini‑fonds di Belanda
Melalui dana ini, sekolah perempuan didirikan di Jepara, Rembang, dan kota‑kota lain.
2. Debat publik
Surat‑surat Kartini memantik diskusi di surat kabar Hindia Belanda tentang hak perempuan, poligami, dan perjodohan.
3. Kebijakan pemerintah
Pada 1913 dan 1918, Pemerintah Hindia Belanda membuka kweekschool (sekolah guru) perempuan pribumi, serta normaalschool untuk calon guru bahasa Belanda.
Lewat pendidikan dan debat, Kartini—meski wafat muda—menancapkan gagasan emansipasi ke dalam tubuh masyarakat Jawa.
Dampak Awal: Tumbuhnya Kesadaran Perempuan Jawa
Baca Juga :
Tidak Ada Jalan yang Paling Benar: Menyelami Makna Relativisme dari Kutipan Friedrich Nietzsche
Hasil perjuangan Kartini mulai terlihat dalam dekade pertama abad ke‑20:
- Semarak sekolah perempuan
Puluhan siswi priyayi dan rakyat kecil berani mendaftar ke Kartini‑scholen. Mereka belajar membaca, menulis, dan memahami sains dasar. - Organisasi wanita
Kelompok perempuan di kota‑kota Jawa membentuk perkumpulan, membahas literasi, kesehatan, dan hak perdata. - Perubahan sikap keluarga
Beberapa ayah dan suami mulai mempersilakan istri dan putri mereka sekolah, terinspirasi cerita keberhasilan Kartini.
Halaman Selanjutnya
Perubahan ini masih terbatas pada lingkungan tertentu, tetapi sebagai fase awal, Kartini berhasil menumbuhkan kesadaran bahwa perempuan Jawa juga manusia dengan hak dan potensi yang sama.