Antara Taat dan Merdeka: Perjuangan Kartini Mendobrak Dinding Adat demi Perempuan
Rabu, 23 April 2025 - 19:13 WIB
Sumber :
- Bicara Tokoh
Kartini tidak melakukan pemberontakan keras. Ia memahami perasaan orang tua dan menghargai adat. Namun, ia juga berani melakukan negosiasi halus:
- Pendekatan logis
Kartini menulis proposal singkat kepada ayahnya, Regent Jepara, memaparkan manfaat pendidikan bagi perempuan priyayi—misalnya: menjadi guru, mendidik anak bangsa, dan memperkuat keluarga. - Sabar dan hormat
Setiap kali mendiskusikan kebebasan belajar, ia selalu menggunakan bahasa sopan dan menegaskan rasa hormat kepada adat. Sikap lembut ini membuat Regent akhirnya luluh memberikan izin terbatas. - Bukti nyata
Kartini menunjukkan kemajuan belajarnya: surat‑suratnya semakin terstruktur, dan ia mampu menjelaskan literatur Barat dalam diskusi bersama Marie dan keluarga priyayi lainnya.
Hasilnya, meski tidak diizinkan mengikuti sekolah formal, Kartini mendapat pendampingan guru Belanda di rumahnya—langkah kecil yang membuka pintu perubahan lebih besar.
Tuntutan Emansipasi: Surat, Sekolah, dan Debat Publik
Sebagai medium protes tertulis, surat Kartini berisi seruan emansipasi yang lugas:
“Mengapa perempuan Jawa tidak memiliki hak belajar seperti laki‑laki? Pendidikan bukan hak istimewa, melainkan kebutuhan setiap insan.”
Surat‑surat tersebut kemudian dihimpun menjadi buku Door Duisternis tot Licht, yang memperkenalkan ide Kartini kepada kalangan luas. Dampaknya:
Halaman Selanjutnya
1. Pembentukan Kartini‑fonds di Belanda Melalui dana ini, sekolah perempuan didirikan di Jepara, Rembang, dan kota‑kota lain.