Antara Taat dan Merdeka: Perjuangan Kartini Mendobrak Dinding Adat demi Perempuan

R.A. Kartini
Sumber :
  • Bicara Tokoh

Kartini tidak melakukan pemberontakan keras. Ia memahami perasaan orang tua dan menghargai adat. Namun, ia juga berani melakukan negosiasi halus:

  • Pendekatan logis
    Kartini menulis proposal singkat kepada ayahnya, Regent Jepara, memaparkan manfaat pendidikan bagi perempuan priyayi—misalnya: menjadi guru, mendidik anak bangsa, dan memperkuat keluarga.
  • Sabar dan hormat
    Setiap kali mendiskusikan kebebasan belajar, ia selalu menggunakan bahasa sopan dan menegaskan rasa hormat kepada adat. Sikap lembut ini membuat Regent akhirnya luluh memberikan izin terbatas.
  • Bukti nyata
    Kartini menunjukkan kemajuan belajarnya: surat‑suratnya semakin terstruktur, dan ia mampu menjelaskan literatur Barat dalam diskusi bersama Marie dan keluarga priyayi lainnya.
Socrates dan Dilema Moral: Apa Itu Kehidupan yang Baik?

Hasilnya, meski tidak diizinkan mengikuti sekolah formal, Kartini mendapat pendampingan guru Belanda di rumahnya—langkah kecil yang membuka pintu perubahan lebih besar.

Tuntutan Emansipasi: Surat, Sekolah, dan Debat Publik

Kisah Persidangan Socrates: Ketika Kebenaran Justru Dihukum Mati

Sebagai medium protes tertulis, surat Kartini berisi seruan emansipasi yang lugas:

“Mengapa perempuan Jawa tidak memiliki hak belajar seperti laki‑laki? Pendidikan bukan hak istimewa, melainkan kebutuhan setiap insan.”

Socrates vs Zaman Modern: Apakah Dunia Hari Ini Butuh Lebih Banyak Filsuf?

Surat‑surat tersebut kemudian dihimpun menjadi buku Door Duisternis tot Licht, yang memperkenalkan ide Kartini kepada kalangan luas. Dampaknya:

Halaman Selanjutnya
img_title