Ramadan Usai, Apa yang Masih Tersisa dalam Diri Kita?
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA – Bulan Ramadan telah berlalu, meninggalkan jejak yang dalam dalam sanubari setiap Muslim yang telah menapaki jalan keikhlasan, pengendalian diri, dan kepedulian sosial. Saat takbir kemenangan menggema di pagi hari, seolah mengundang pertanyaan mendalam: "Ramadan usai, apa yang masih tersisa dalam diri kita?" Artikel ini mengajak pembaca untuk merenung, menguji, dan menggali bekas ibadah Ramadan yang seharusnya terus menyala dalam kehidupan sehari-hari.
Ramadan: Titik Awal Transformasi Spiritual
Ramadan bukan sekadar deretan waktu di mana umat Islam diwajibkan menahan lapar dan dahaga. Bulan yang penuh berkah ini merupakan sebuah madrasah jiwa yang mengajarkan nilai-nilai luhur, seperti disiplin, keikhlasan, dan pengendalian diri. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa."
(QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat tersebut mengandung pesan yang sangat mendalam. Tujuan utama berpuasa adalah untuk menumbuhkan rasa ketakwaan, agar setiap umat yang menjalani ibadah dapat merasakan kehadiran-Nya dalam setiap langkah. Namun, keberhasilan Ramadan tidak diukur semata dari seberapa keras kita berpuasa atau banyaknya amal yang kita perbanyak selama sebulan, melainkan dari bekas kebaikan yang terus tertanam dalam diri kita setelah Ramadan usai.
Mengenal Bekas Ibadah Ramadan dalam Diri
Setelah Ramadan, berbagai amalan dan ibadah yang telah kita jalankan seharusnya meninggalkan bekas yang berharga dalam jiwa. Namun, seringkali, kesibukan duniawi dan rutinitas harian menutupi cahaya kebaikan yang pernah menyinari hati. Maka, penting untuk melakukan refleksi mendalam guna mengetahui apa yang benar-benar tersisa dari perjalanan spiritual selama Ramadan. Berikut adalah beberapa aspek yang menjadi indikator bekas ibadah yang telah tertanam dalam diri: