Jejak Kebijaksanaan: Kearifan Aristotle, Buddha, Rumi, dan Buya Hamka
- Handoko/Istimewa
Buddha pernah berkata,
"Sebab akar penderitaan adalah keinginan; lepaskan keinginanmu, dan kamu akan merasakan kedamaian."
Kata-kata ini mengajak kita untuk melepaskan keterikatan berlebih terhadap hal-hal duniawi. Di era serba konsumtif seperti sekarang, nasihat Buddha dapat disamakan dengan pesan agar kita tidak terlalu bergantung pada gadget atau tren terbaru. Bayangkan jika Buddha membuat status media sosial, mungkin ia akan menulis,
"Scroll terus, tapi ingat, kebahagiaan sejati bukan dari feed yang penuh likes, melainkan dari ketenangan batin."
Humor yang ringan seperti ini menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya kesederhanaan dan pencerahan batin. Ajaran Buddha tentang jalan tengah dan meditasi telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia untuk mencari keseimbangan dalam hidup dan menemukan kedamaian sejati di tengah kekacauan zaman modern.
Rumi: Penyair Sufi yang Mengalirkan Cinta dan Spiritualitas
Lahir di Persia pada abad ke-13, Rumi adalah penyair, sufi, dan mistikus yang karyanya telah menembus batas-batas budaya dan bahasa. Melalui puisi-puisinya yang penuh keindahan, Rumi mengajak kita untuk membuka hati dan menemukan cinta sebagai kekuatan penyembuh yang menyatukan segala perbedaan.
Rumi pernah berkata,
"Biarkan cintamu mengalir seperti sungai, menembus segala rintangan dan menyentuh setiap jiwa."
Pesan ini sangat relevan di tengah dunia yang sering kali terpecah belah oleh perbedaan. Sebuah kutipan jenaka yang pernah beredar di kalangan penggemar Rumi berbunyi,
"Cinta itu seperti streaming lagu favorit—kadang ada buffering, tapi begitu nyambung, musiknya langsung mengalun indah!"