Pembangunan Jalan yang Berujung Perang: Insiden yang Memancing Kemarahan Diponegoro
- Image Creator Grok/Handoko
Pada Juli 1825, pasukan Belanda mengepung kediaman Diponegoro di Tegalrejo. Namun, alih-alih menyerah, Diponegoro memilih untuk melarikan diri ke daerah pegunungan dan mengobarkan perang terbuka.
Sejak saat itu, perang yang awalnya hanya berakar pada persoalan pembangunan jalan berubah menjadi konflik besar yang melibatkan ribuan rakyat Jawa.
Mengapa Pembangunan Jalan Menjadi Pemicu Perang?
Banyak yang mungkin bertanya, mengapa hanya karena pembangunan jalan, Diponegoro sampai mengangkat senjata dan mengobarkan perang selama lima tahun?
Jawabannya terletak pada beberapa faktor berikut:
1. Pelanggaran terhadap Tanah Leluhur
Dalam budaya Jawa, tanah leluhur adalah bagian dari identitas keluarga. Ketika Belanda dengan seenaknya membangun jalan tanpa izin, mereka tidak hanya melanggar batas wilayah, tetapi juga meremehkan nilai-nilai adat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa.
2. Simbol Penindasan Kolonial
Pembangunan jalan oleh Belanda bukan sekadar proyek infrastruktur biasa. Ini adalah salah satu cara mereka untuk mengokohkan kekuasaan kolonial di Jawa.