Mengungkap Keterkaitan Sofisme dan Populisme: Dari Demokrasi Athena ke Pemilu Kontemporer
- Image Creator/Handoko
2. Penggunaan Bahasa Emosional: Retorika yang membangkitkan emosi digunakan untuk mempengaruhi opini publik.
3. Penciptaan Dikotomi "Kita vs. Mereka": Membangun narasi yang memisahkan antara "rakyat" dan "elit" untuk menggalang dukungan.
Strategi-strategi ini mencerminkan ajaran kaum Sofis tentang pentingnya retorika dan persuasi dalam mempengaruhi massa.
Studi Kasus: Populisme dalam Pemilu Kontemporer
Contoh nyata penerapan prinsip-prinsip sofisme dalam populisme modern dapat dilihat dalam kampanye politik di berbagai negara. Di Amerika Serikat, misalnya, penggunaan slogan-slogan sederhana namun kuat telah menjadi senjata ampuh dalam menggalang dukungan massa. Sementara di negara lain, retorika populis sering memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan yang emosional dan memecah belah.
Implikasi bagi Demokrasi Modern
Penggunaan strategi komunikasi yang berakar dari sofisme dalam populisme modern memiliki implikasi signifikan bagi demokrasi. Di satu sisi, hal ini dapat meningkatkan partisipasi politik dengan membuat isu-isu politik lebih mudah diakses oleh masyarakat luas. Namun, di sisi lain, penyederhanaan isu dan penggunaan retorika emosional dapat menyebabkan polarisasi dan mengaburkan kebenaran.