Relativisme Kebenaran dan Seni Persuasi Kaum Sofis: Bagaimana Teknik Mereka Memutarbalikkan Fakta di Era Digital

Sofisme dalam Politik Kontemporer
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Di era digital saat ini, arus informasi mengalir begitu cepat melalui media sosial dan berbagai platform online. Di balik kemudahan akses informasi tersebut, terdapat kekuatan retoris yang seringkali digunakan untuk membentuk opini publik—bahkan sampai pada titik di mana fakta dapat diputarbalikkan. Konsep sofisme, yang telah ada sejak zaman Yunani Kuno, masih hidup dan terus berkembang melalui teknik-teknik persuasi yang diaplikasikan dalam konteks modern. Artikel ini akan mengulas bagaimana relativisme kebenaran dan seni persuasi kaum sofis dapat memutarbalikkan fakta di era digital, serta implikasinya terhadap dunia politik dan masyarakat.

Epictetus: Pahami Makna Ucapanmu Sebelum Berbicara

Pada abad ke-5 SM, di tengah berkembangnya demokrasi Athena, muncul sekelompok pemikir yang dikenal sebagai kaum sofis. Mereka adalah guru retorika yang mengajarkan seni berbicara dan persuasi kepada masyarakat, terutama kepada para pemimpin dan elit yang ingin menguasai arena politik. Kaum sofis mengajarkan bahwa kebenaran tidaklah mutlak; sebaliknya, kebenaran bersifat relatif dan tergantung pada sudut pandang individu. Pendekatan ini mengubah cara pandang masyarakat terhadap realitas dan kebenaran, dan memberi dasar bagi teknik retoris yang sangat berpengaruh hingga saat ini.

Di era digital, teknik-teknik sofisme yang mengedepankan persuasi tanpa memperhatikan kebenaran objektif telah diadaptasi oleh berbagai pihak untuk memanipulasi opini publik. Dengan kemajuan teknologi, informasi bisa disebarkan dalam hitungan detik, dan narasi yang dibentuk melalui retorika emosional sering kali mengaburkan fakta. Fenomena ini sangat relevan dalam konteks politik, di mana kampanye digital dan media sosial menjadi arena pertarungan antara kebenaran dan disinformasi.

Seneca: Ketidaktahuan Adalah Akar Ketakutan

Relativisme Kebenaran: Konsep Sofis yang Menggoyahkan Nilai Absolut

Salah satu prinsip dasar yang diajarkan oleh kaum sofis adalah relativisme kebenaran. Protagoras, salah satu tokoh paling berpengaruh, menyatakan bahwa "Manusia adalah ukuran segala sesuatu." Dengan pernyataan ini, Protagoras menegaskan bahwa kebenaran tidak bersifat universal; apa yang dianggap benar oleh satu orang belum tentu benar bagi orang lain. Pendekatan ini menantang gagasan tentang nilai-nilai absolut dan memberikan ruang bagi interpretasi yang berbeda-beda dalam memahami realitas.

25 Kutipan Terbaik Plato yang Diambil dari Phaedrus dan Keindahan Jiwa

Dalam konteks modern, konsep relativisme ini terlihat jelas pada fenomena post-truth, di mana opini dan perasaan individu lebih berpengaruh daripada fakta yang objektif. Menurut Pew Research Center (2023), hampir 65% responden di berbagai negara mengaku bahwa informasi yang mereka terima sering kali dipengaruhi oleh opini dan persepsi, bukan hanya oleh fakta. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan relativistik mengenai kebenaran, yang diperkenalkan oleh kaum sofis, tetap relevan dan mempengaruhi cara kita memahami dunia saat ini.

Seni Persuasi Kaum Sofis: Teknik Retorika yang Memukau

Halaman Selanjutnya
img_title