Anatomi FOMO dalam Budaya Pop: Bagaimana Keinginan untuk Tidak Ketinggalan Mengubah Tren di Indonesia

YOLO, FOMO, FOPO
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan modern, terutama di era digital. Di Indonesia, konsep ini telah memainkan peran besar dalam membentuk budaya pop, dari gaya hidup hingga pilihan konsumsi masyarakat. Apa yang membuat FOMO begitu kuat, dan bagaimana pengaruhnya terhadap tren di Indonesia? Mari kita telusuri lebih jauh.

FOMO di Era Kebudayaan Pop: Keinginan Tak Ingin Ketinggalan Boneka, Liburan, dan Konser

Apa Itu FOMO dan Mengapa Penting?

FOMO adalah rasa takut atau cemas karena merasa ketinggalan terhadap suatu pengalaman atau tren yang sedang berlangsung. Istilah ini pertama kali muncul di era media sosial, di mana setiap momen dan pengalaman dapat dengan mudah dibagikan kepada dunia. Di Indonesia, di mana penetrasi internet mencapai 77% pada tahun 2023 (data dari APJII), FOMO menjadi fenomena yang sangat relevan, terutama di kalangan anak muda.

Bagaimana FOMO Membentuk Tren Budaya Pop di Indonesia: Dari Boneka Hingga Wisata Populer

Ketika seseorang melihat teman-temannya menghadiri konser musik, mencoba makanan viral, atau mengunjungi tempat wisata yang sedang hits, dorongan untuk ikut serta sering kali muncul. Hal ini tidak hanya memengaruhi individu tetapi juga menciptakan gelombang tren yang lebih besar.

FOMO dan Budaya Konsumsi

Presfektif Zeno: Hidup Sederhana, Kunci Kebahagiaan di Tengah Era Konsumerisme

Di Indonesia, FOMO telah menjadi pendorong utama dalam perilaku konsumsi. Contoh nyatanya adalah popularitas produk-produk terbatas seperti sepatu edisi spesial atau merchandise artis K-pop. Produk-produk ini sering kali habis terjual dalam hitungan menit, karena konsumen tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memilikinya.

Laporan dari Tokopedia pada 2024 mencatat peningkatan penjualan hingga 40% pada produk-produk yang dipromosikan sebagai "limited edition" atau "exclusive". Fenomena ini menunjukkan bagaimana FOMO dapat mendorong konsumsi impulsif, terutama di platform e-commerce.

Halaman Selanjutnya
img_title