Bagaimana FOMO Membentuk Tren Budaya Pop di Indonesia: Dari Boneka Hingga Wisata Populer
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - FOMO (Fear of Missing Out) telah menjadi fenomena sosial yang semakin mendalam di era digital. Konsep ini menggambarkan ketakutan seseorang untuk melewatkan pengalaman atau tren yang sedang booming, terutama karena pengaruh media sosial. Di Indonesia, FOMO telah menciptakan gelombang perubahan dalam tren budaya pop, mulai dari produk mainan hingga destinasi wisata. Apa saja dampaknya, dan bagaimana fenomena ini membentuk pola konsumsi masyarakat? Mari kita eksplorasi lebih jauh.
Dari Boneka Populer ke Produk Koleksi
Salah satu contoh nyata dari pengaruh FOMO di Indonesia adalah meningkatnya popularitas produk-produk koleksi seperti boneka atau action figure. Ketika sebuah produk menjadi viral di media sosial, masyarakat berlomba-lomba untuk memilikinya. Misalnya, tren boneka karakter populer seperti Tsum-Tsum, Funko Pop, atau koleksi BTS TinyTAN yang sempat booming di kalangan anak muda. Dalam waktu singkat, produk-produk ini habis terjual baik di toko fisik maupun online.
Data dari Tokopedia menunjukkan bahwa penjualan mainan koleksi meningkat hingga 35% selama tahun 2024, terutama pada kategori yang sedang tren. Keinginan untuk menjadi bagian dari tren dan memamerkannya di media sosial menjadi pendorong utama.
Destinasi Wisata Populer Berkat FOMO
Tak hanya dalam dunia produk, FOMO juga mengubah lanskap pariwisata di Indonesia. Tempat-tempat wisata yang viral di Instagram atau TikTok kerap menjadi magnet bagi para pelancong. Misalnya, Nusa Penida di Bali dan Tebing Breksi di Yogyakarta yang menjadi destinasi wajib karena sering muncul di feed media sosial.
Menurut laporan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kunjungan wisatawan domestik ke destinasi-destinasi viral meningkat hingga 40% pada kuartal pertama tahun 2024. Fenomena ini tidak hanya menguntungkan sektor pariwisata, tetapi juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal.