Inovasi Baru dari Toyota: Bisa Tukar Pasang Sel Hidrogen, Bikin Isi Bahan Bakar Semudah Cas HP
- Apart.com
Namun, meskipun teknologi ini menjanjikan, Toyota menyadari bahwa masih ada tantangan besar menuju komersialisasi. Infrastruktur pengisian bahan bakar hidrogen yang terbatas dan biaya produksi yang tinggi menjadi kendala utama. Meski begitu, perkembangan ini menjadi langkah awal yang signifikan dalam mengubah paradigma energi global.
Potensi Hidrogen di Pasar Global
Menurut laporan International Energy Agency (IEA), hidrogen dianggap sebagai salah satu solusi utama untuk mencapai net-zero emissions pada tahun 2050. Dalam skenario tersebut, permintaan global akan hidrogen diproyeksikan meningkat hingga 530 juta ton per tahun, dari hanya sekitar 90 juta ton pada 2020. Angka ini menunjukkan potensi besar hidrogen dalam menggantikan bahan bakar fosil, terutama di sektor transportasi dan industri berat.
Selain itu, negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa telah menetapkan strategi nasional untuk mempercepat adopsi hidrogen. Jepang, misalnya, telah menginvestasikan lebih dari US$19 miliar untuk mengembangkan infrastruktur hidrogen, termasuk stasiun pengisian bahan bakar hidrogen dan proyek hidrogen hijau.
Bagaimana dengan Indonesia?
Sementara negara-negara lain berlomba mengembangkan teknologi hidrogen, Indonesia tampaknya masih tertinggal. Padahal, Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan hidrogen sebagai bagian dari transisi energi bersih. Dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia dapat mengembangkan hidrogen hijau dari energi terbarukan seperti panas bumi, angin, dan matahari.
Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 442 GW, yang sebagian besar belum dimanfaatkan. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam pasar hidrogen global.