SERANGAN TIKUS: Hiii...Ratusan Ekor Tikus Serbu Permukiman Warga di Karawang, Ini Sebabnya
- tvonenews.com/TikTok: Al-fathir Dwf 09
Jakarta, WISATA – Gerombolan tikus sawah tiba-tiba menyerang permukiman warga di Dusun Cibatu, Desa Kutamakmur, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada hari Jumat (25/10/2024) malam.
Fenomena aneh ratusan ekor tikus yang menyerbu permukiman warga tersebut, kemudian viral di media sosial.
Dalam tayangan video tersebut, terlihat ratusan ekor tikus masuk ke halaman dan rumah milik warga.
Seperti diunggah akun X (Twitter) @bacottetangga, tikus-tikus tersebut terlihat merayap di depan pagar sebuah rumah warga.
Tikus-tikus lainnya juga masuk ke dalam rumah hingga kamar mandi warga.
Diduga, gerombolan tikus tersebut berasal dari sawah, karena rumah-rumah warga yang diserang tikus-tikus tersebut, terletak tepat di depan persawahan.
Dalam video lainnya, ratusan tikus tampak kabur, saat disorot warga menggunakan senter.
Tikus-tikus tersebut berlarian kesana-kemari saat didatangi warga yang sedang berkeliling dari rumah-rumah warga.
Menanggapi peristiwa ini, Ahli Ekologi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Puguh Karyanto mengungkapkan, penyebab gerombolan tikus menyerbu rumah warga itu.
Puguh menyatakan, fenomena tersebut biasa terjadi, terutama di wilayah-wilayah lumbung padi nasional, seperti Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Faktor utama penyebabnya, adalah karena stok makanan di sawah sudah habis, seusai panen.
"Populasi tikus kehabisan stok pakan di sawah, jadi pasti menginvasi rumah-rumah penduduk, itu pasti," ujarnya seperti dikutip Youtube Tribunnews pada hari Senin (28/10/2024).
Menurut Puguh, jika lebih dalam menguraikan siklus reproduksi hewan bernama latin Rattus argentiventer itu, tikus sawah diketahui akan memulai berkembang biak mengikuti siklus tanam padi.
Hewan pengerat ini akan beranak saat padi memasuki fase generatif menjelang berbunga dan panen, dengan masa kehamilan hanya hitungan hari.
Meledaknya populasi tikus juga berbanding lurus dengan kuantitas dan kualitas hasil panen padi.
Semakin banyak panen padi yang dihasilkan, populasi tikus juga akan bertambah berkali-kali lipat dibanding saat gagal panen.
"Ditambah keberlangsungan hidup anakannya hampir 100 persen, dengan usia kehamilan hanya 15 hari," imbuhnya.
"Malam melahirkan, paginya dia hamil lagi. Bisa dibayangkan betapa banyaknya jumlah tikus yang dihasilkan dalam satu musim tanam," tambahnya.
Terkait hal tersebut, Puguh meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan penyebaran penyakit dari tikus.
Ia menegaskan, tikus sawah cenderung bersih dibanding tikus yang ada di got maupun saluran air.
Bahkan, di sejumlah wilayah, tikus sawah dikonsumsi oleh warga.
"Mereka bersih. Mereka makan padi," pungkasnya.
(Sumber: .tvonenews.com)