FOPO: Ketakutan Akan Opini Orang Lain sebagai Ancaman Baru di Era Media Sosial

Gaya Hidup YOLO, FOMO dan FOPO
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Dalam era digital saat ini, media sosial telah mengubah cara kita berinteraksi dan berkomunikasi. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, terdapat fenomena baru yang mulai mengancam kesehatan mental dan kesejahteraan individu, yaitu FOPO atau Fear of Other People’s Opinion. Fenomena ini menjadi semakin mencolok di kalangan generasi muda yang aktif menggunakan media sosial. Apa sebenarnya FOPO dan bagaimana dampaknya terhadap masyarakat kita?

Kebangkitan Stoikisme: Filosofi Kuno yang Menjawab Tantangan Era Digital

Apa Itu FOPO?

FOPO adalah istilah yang merujuk pada ketakutan atau kecemasan yang dialami seseorang akibat takut akan penilaian negatif dari orang lain. Dalam konteks media sosial, FOPO membuat individu merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna dan sesuai dengan ekspektasi sosial. Hal ini sering kali diiringi dengan keinginan untuk mendapatkan validasi melalui "likes," komentar positif, dan pengikut yang banyak.

JOMO: Seni Melarikan Diri dari Keriuhan Dunia Digital

Dampak FOPO Terhadap Kesehatan Mental

  1. Kecemasan Berlebih Banyak pengguna media sosial yang merasakan kecemasan yang berlebihan untuk menunjukkan kehidupan yang sempurna. Mereka khawatir jika unggahan mereka tidak mendapat perhatian yang cukup, atau bahkan mendapat komentar negatif. Menurut penelitian dari American Psychological Association, individu yang mengalami FOPO cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak terpengaruh.
  2. Depresi Ketika seseorang terlalu fokus pada apa yang dipikirkan orang lain, mereka dapat mengalami perasaan rendah diri dan depresi. Sebuah studi di Universitas Pennsylvania menemukan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan gejala depresi, terutama di kalangan remaja yang sangat terpengaruh oleh penilaian teman-teman mereka.
  3. Isolasi Sosial Ironisnya, meskipun media sosial seharusnya menghubungkan orang-orang, FOPO justru dapat menyebabkan isolasi sosial. Banyak orang merasa lebih baik untuk tidak berinteraksi secara langsung karena takut akan penilaian. Akibatnya, mereka cenderung menjauh dari hubungan sosial yang nyata.

Memahami FOPO di Kalangan Generasi Muda

Dari JOMO ke Stoicisme: Bagaimana Filosofi dan Alam Bersatu untuk Kesehatan Mental

Generasi muda adalah kelompok yang paling rentan terhadap FOPO. Mereka tumbuh dengan teknologi dan media sosial sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mudah terpapar pada ekspektasi yang tidak realistis. Media sosial sering kali mempromosikan citra kehidupan yang glamor dan sempurna, yang sulit dicapai oleh kebanyakan orang.

Sebuah survei oleh Pew Research Center menunjukkan bahwa 69% remaja merasa tekanan untuk tampil sempurna di media sosial. Hal ini menciptakan siklus di mana mereka berusaha keras untuk memenuhi harapan orang lain, sering kali mengorbankan kesehatan mental mereka.

Mengatasi FOPO: Langkah-Langkah untuk Masyarakat

Untuk mengatasi fenomena FOPO, penting bagi masyarakat, terutama orang tua dan pendidik, untuk memberikan edukasi tentang media sosial yang sehat. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

  • Membangun Kesadaran Masyarakat perlu menyadari dampak negatif dari FOPO dan pentingnya keseimbangan dalam penggunaan media sosial. Edukasi tentang kesehatan mental dapat membantu individu mengenali tanda-tanda FOPO.
  • Mendorong Autentisitas Dorong anak muda untuk menjadi diri mereka sendiri dan tidak merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajak mereka untuk berbagi pengalaman yang nyata dan jujur di media sosial.
  • Mengurangi Penggunaan Media Sosial Batasi waktu yang dihabiskan di media sosial dan pilihlah platform yang lebih positif. Dengan mengurangi waktu di media sosial, individu dapat lebih fokus pada kehidupan nyata dan hubungan yang lebih sehat.

FOPO adalah ancaman baru di era media sosial yang harus dihadapi oleh masyarakat. Ketakutan akan opini orang lain dapat menyebabkan dampak negatif yang signifikan pada kesehatan mental, terutama di kalangan generasi muda. Dengan menyebarkan kesadaran dan mendorong autentisitas, kita dapat membantu mengurangi dampak FOPO dan menciptakan lingkungan media sosial yang lebih sehat.