Robot Mengambil Alih: Apakah Pekerjaan Manusia di Industri Akan Punah?"

Robot Industri di INTI 2024
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Jakarta, WISATA - Di era modern ini, robot dan otomatisasi industri telah membawa revolusi besar di berbagai sektor ekonomi. Penggunaan mesin canggih yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI) semakin marak, dan membuat banyak pihak bertanya-tanya: Apakah pekerjaan manusia di industri akan hilang seluruhnya?

Langkah Besar Huawei Cloud di Kawasan Timur Tengah: Apa Dampaknya Bagi Masa Depan AI?

Peningkatan Otomatisasi dalam Industri

Otomatisasi telah lama menjadi bagian integral dari industri manufaktur. Dimulai dari mesin-mesin sederhana hingga robot canggih, teknologi ini membantu mempercepat produksi dan meningkatkan efisiensi. Misalnya, robot-robot yang digunakan di pabrik otomotif untuk merakit kendaraan telah memangkas waktu produksi secara signifikan. Namun, dengan kemajuan teknologi AI, robot tidak hanya terbatas pada tugas-tugas mekanis sederhana. Mereka kini dapat belajar, beradaptasi, dan melakukan tugas-tugas kompleks yang dulu hanya dapat dilakukan oleh manusia.

Resiko Meningkat, Bagaimana Membangun Ketahanan Siber yang Kuat?

Menurut laporan McKinsey Global Institute, hingga tahun 2030, sebanyak 800 juta pekerjaan di seluruh dunia berpotensi digantikan oleh otomatisasi. Di Indonesia sendiri, sekitar 23 juta pekerjaan diperkirakan terdampak oleh otomatisasi, terutama di sektor manufaktur dan jasa.

Apa yang Terjadi dengan Pekerjaan Manusia?

Revolusi AI di Dunia Kerja: Apakah Kecerdasan Buatan akan Menggantikan Manusia?

Pertanyaan yang muncul adalah, apa dampak dari tren ini terhadap tenaga kerja manusia? Apakah kita akan melihat lonjakan pengangguran akibat mesin yang semakin cerdas mengambil alih tugas-tugas manusia?

Dalam sektor-sektor tertentu, seperti pabrikasi dan logistik, robot sudah mengambil alih pekerjaan yang bersifat monoton, berulang, dan berbahaya bagi manusia. Contoh paling jelas adalah Amazon, yang menggunakan lebih dari 200.000 robot di gudang mereka untuk membantu proses pengiriman barang. Penggunaan robot ini berhasil mempercepat rantai pasokan secara signifikan, tetapi pada saat yang sama, ribuan pekerjaan manusia terancam hilang.

Namun, tidak semua pekerjaan dapat digantikan oleh robot. Pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, keterampilan interpersonal, dan pengambilan keputusan kompleks masih sulit untuk diotomatisasi. Misalnya, profesi dalam bidang seni, desain, manajemen, dan kesehatan masih akan bergantung pada keahlian manusia.

Adaptasi Tenaga Kerja

Untuk menghadapi masa depan yang penuh dengan otomatisasi, para pekerja perlu beradaptasi. Ini termasuk mempelajari keterampilan baru yang relevan dengan teknologi. Di sinilah pendidikan dan pelatihan ulang memainkan peran penting. Negara-negara seperti Jerman telah mengambil langkah proaktif dalam hal ini. Program "Industry 4.0" mereka berfokus pada pelatihan pekerja untuk mengoperasikan dan mengelola mesin canggih dalam lingkungan industri yang sepenuhnya otomatis.

Di Indonesia, pemerintah juga telah merancang strategi melalui pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul yang lebih siap menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. Namun, masih banyak yang perlu dilakukan untuk memastikan tenaga kerja Indonesia mampu bersaing di pasar global yang semakin terdigitalisasi.

Masa Depan Pekerjaan: Kolaborasi antara Manusia dan Mesin

Alih-alih melihat robot sebagai ancaman, banyak ahli percaya bahwa masa depan pekerjaan akan lebih menekankan pada kolaborasi antara manusia dan mesin. Teknologi robot dapat membantu manusia menyelesaikan tugas dengan lebih cepat dan efisien, sementara manusia masih diperlukan untuk memberikan panduan strategis dan pengambilan keputusan yang kompleks.

Misalnya, di bidang medis, robot sudah digunakan untuk melakukan operasi yang presisi, tetapi dokter masih bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengambil keputusan selama proses berlangsung. Ini adalah contoh bagaimana teknologi robotika dan tenaga kerja manusia dapat bekerja bersama untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Data Statistik yang Menunjukkan Perubahan Struktur Tenaga Kerja

Data dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menunjukkan bahwa otomatisasi akan mempengaruhi sekitar 1,2 miliar pekerja di seluruh dunia. Di sektor manufaktur, lebih dari 20% tugas yang saat ini dilakukan manusia diperkirakan akan diotomatisasi dalam 10 tahun ke depan. Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa 30% dari tenaga kerja di sektor industri terancam terdampak oleh otomatisasi.

Namun, data dari Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) juga menunjukkan bahwa otomatisasi akan menciptakan 58 juta pekerjaan baru yang membutuhkan keterampilan tinggi pada tahun 2025. Hal ini menandakan bahwa meskipun beberapa pekerjaan akan hilang, yang lain akan muncul.

Robot dan otomatisasi memang mengubah struktur tenaga kerja di seluruh dunia, tetapi hal ini bukan berarti semua pekerjaan manusia akan hilang. Sebaliknya, otomatisasi menciptakan peluang baru bagi tenaga kerja untuk berkembang dan beradaptasi. Dengan pendidikan dan pelatihan yang tepat, manusia dapat tetap relevan dan berkolaborasi dengan teknologi untuk menciptakan masa depan yang lebih produktif dan efisien.