Indonesia: Mempertahankan Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Tantangan Global

Indonesia Berhasil Catat Pertumbuhan Triwulan II-2024 Mencapai 5,05%
Sumber :
  • Kemenko Perekonomian

Jakarta, WISATA - Memasuki pertengahan tahun 2024, perekonomian global masih dihadapkan pada beragam tantangan yang memicu perlambatan ekonomi di sejumlah negara. Lembaga internasional seperti World Bank dan IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada akhir tahun 2024 berada dalam rentang 2,6% - 3,2% (yoy), sedangkan untuk tahun 2025 diproyeksikan mencapai 2,7% - 3,3% (yoy).

Jalan Menuju Pertumbuhan Ekonomi 8%: Tantangan dan Peluang

Di tengah kondisi global yang tidak menentu, perekonomian Indonesia menunjukkan performa yang solid dengan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2024 mencapai 5,05% (yoy). Tingkat pertumbuhan ini didukung oleh inflasi yang rendah dan terkendali, tercatat sebesar 2,13% pada bulan Juli 2024. Capaian pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lainnya, seperti China (4,7%), Singapura (2,9%), Korea Selatan (2,3%), dan Meksiko (2,24%).

Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Indonesia mampu mencapai proyeksi pertumbuhan ekonomi di angka 5,1 hingga 5,2, yang menunjukkan resiliensi terhadap konflik geopolitik, disrupsi rantai pasok, dan fluktuasi nilai tukar. “Khusus untuk Indonesia, kedua lembaga internasional tersebut juga melihat Indonesia bisa mencapai di angka 5,1 sampai dengan 5,2. Ini membuktikan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi kita relatif mempunyai resiliensi,” ungkap Airlangga dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II Tahun 2024 di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (5/08).

Target Pertumbuhan Ekonomi 8% di Tahun 2028-2029, Realistiskah?

Komponen Pertumbuhan Ekonomi

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan triwulan II-2024 didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,93% (yoy) dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,43% (yoy), yang menjadi penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 9,98% (yoy).

Ekonomi Lesu: Shifting Teknologi atau Dampak Resesi Global?

Keberhasilan dari sisi pengeluaran ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan pemerintah seperti Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor perumahan dan kendaraan bermotor, khususnya kendaraan listrik. Selain itu, pemerintah juga mengoptimalkan pelaksanaan operasi pasar murah, program Gerakan Pangan Murah (GPM), penyaluran beras medium melalui program SPHP, serta pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) sebanyak 41 PSN yang ditargetkan selesai pada tahun 2024.

Pertumbuhan Sektor Usaha

Dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan menjadi kontributor utama dalam PDB dengan pertumbuhan 3,95% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor akomodasi dan makanan minuman sebesar 10,17% (yoy), didorong oleh berbagai acara berskala nasional dan internasional. Sektor transportasi dan perdagangan juga mencatat pertumbuhan tinggi sebesar 9,56% (yoy) berkat peningkatan mobilitas, pengiriman barang ekspor-impor, dan meningkatnya kunjungan wisatawan.

Kontribusi Wilayah terhadap PDB

Secara spasial, seluruh wilayah di Indonesia mengalami penguatan ekonomi dengan Pulau Jawa menyumbang kontribusi terbesar terhadap PDB nasional, mencapai 57,04%. Pertumbuhan ekonomi signifikan juga terlihat di wilayah Maluku Papua (8,45%), didorong oleh industri pengolahan, pertambangan, dan penggalian; Bali dan Nusa Tenggara (6,84%), didorong oleh sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan; serta Sulawesi (6,07%), didorong oleh sektor pertanian, perikanan, kehutanan, dan industri pengolahan.

Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga menyoroti beberapa indikator konsumsi yang menunjukkan tren positif. Peningkatan terlihat pada kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 10,4%, inflasi inti terkendali pada angka 1,9% (yoy) di bulan Mei 2024, serta Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencapai 123,3 pada bulan yang sama. Likuiditas pasar (M2) juga meningkat sebesar 7,8%.

Tantangan dan Kebijakan Eksternal

Pada sektor eksternal, meskipun nilai tukar global mengalami depresiasi sepanjang 2024, nilai tukar Indonesia dari Januari hingga Agustus 2024 masih lebih baik dibandingkan Korea Selatan dan Taiwan. Di tengah berbagai tantangan global, ketahanan eksternal Indonesia tetap kuat, tercermin dari surplus neraca perdagangan, peningkatan kunjungan wisatawan, dan cadangan devisa yang terjaga tinggi.

Dalam hal investasi, terdapat Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp217 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp211 triliun. Beberapa lembaga rating seperti S&P, Moody’s, Fitch, dan JCR menilai Indonesia masih berada pada level investment grade dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang solid, ketahanan eksternal yang baik, serta beban utang pemerintah yang terkendali, didukung oleh kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel.

Langkah Ke Depan

Untuk memastikan stabilitas dan ketahanan ekonomi di masa depan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah kebijakan, antara lain hilirisasi, pembangunan infrastruktur, melanjutkan aksesi OECD, Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), pengembangan kawasan sentra pangan, serta mendorong digitalisasi, termasuk pengembangan semikonduktor.

“Tentu kita mempertahankan program terkait dengan perlindungan sosial, pembiayaan mikro, dan KUR. Kemudian pengembangan lumbung pangan melalui food estate,” pungkas Menko Airlangga.

Jangan lewatkan kesempatan untuk mengikuti dan menyaksikan pameran Indonesia Technology and Innovation 2024 (INTI 2024) di JI-EXPO pada tanggal 12-14 Agustus 2024. INTI adalah pameran teknologi dan inovasi terbesar di Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi https://inti.asia/