Mengapa Filsafat Bukan Hanya Teori, Tapi Menjadi Cara Hidup? Ini Penjelasan Pigliucci

- Image Creator Grok/Handoko
Malang, WISATA - Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, filsafat sering kali dianggap sebagai sesuatu yang abstrak, rumit, dan hanya relevan di ruang-ruang akademis. Namun, menurut Massimo Pigliucci—seorang profesor filsafat dan tokoh terkemuka dalam kebangkitan Stoisisme modern—filsafat sejati bukanlah tumpukan teori tanpa makna praktis. Ia adalah panduan hidup yang nyata dan teruji waktu.
Pigliucci, melalui karyanya How to Be a Stoic dan banyak artikel serta ceramahnya, berpendapat bahwa filsafat sesungguhnya adalah seni menjalani hidup dengan bijaksana. Ia menelusuri akar pemikiran para filsuf kuno seperti Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius, yang tidak hanya memikirkan kehidupan, tapi benar-benar mempraktikkannya.
Filsafat Sebagai Panduan Praktis
Bagi Pigliucci, filsafat bukanlah sekadar disiplin teoretis. Ia menyebutnya sebagai “the art of living,” seni menjalani kehidupan. Dalam konteks ini, filsafat tidak hanya menanyakan “apa itu kebenaran?” tetapi juga “bagaimana aku seharusnya hidup?”—pertanyaan yang sangat relevan untuk siapa pun, kapan pun, dan di mana pun.
Dengan menghidupkan kembali Stoisisme sebagai panduan praktis, Pigliucci menekankan bahwa filsafat membantu kita memahami bagaimana bersikap dalam kesulitan, bagaimana merespons kemarahan, bagaimana mencari makna di tengah penderitaan, dan bagaimana menjalani hidup secara autentik.
Mengapa Hanya Memikirkan Hidup Tidak Cukup?
Dalam bukunya, Pigliucci menceritakan bahwa filsuf seperti Socrates dan Epictetus tidak hanya berdebat tentang etika, tetapi juga menerapkannya secara langsung dalam hidup mereka. Mereka menjadikan hidup sebagai ladang latihan untuk mengasah kebajikan, bukan hanya tempat untuk menguji teori.