PETUALANGAN: Kecelakaan Saat Berlibur di Luar Negeri, Apa yang Harus Dilakukan ?
- Diah Endang
Sarapan Terakhir di Chamonix, Prancis
- Diah Endang
Anak saya bergegas menghubungi Asuransi Perjalanan yang saya beli sebelum berangkat, yang menjadi persyaratan dalam pengajuan Visa Schengen. Ternyata, respon perusahaan asuransi ini sangat baik dan sigap dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kami.
Pihak asuransi memberikan konfirmasi, bahwa mereka akan menanggung biaya pengobatan sampai jumlah tertentu, yang menurut perkiraan kami, lebih dari cukup. Masalahnya adalah tidak semua RS bisa menerima Surat Jaminan Pembayaran dari asuransi ini. Artinya, kami harus membayar terlebih dahulu, untuk kemudian melakukan reimbursement ke perusahaan asuransi tersebut.
Kami kemudian diterima di bagian pencatatan pendaftaran pasien pada sore hari menjelang pukul 16.00 waktu setempat, sementara bagian kasir RS juga tutup pukul 16.00. Lantas bagaimana kami harus membayar tagihan? Ternyata tagihan biaya akan dikirimkan ke alamat rumah kami di Indonesia setelah selesai pemeriksaan dan tindakan medis. Tentu saja hal ini cukup melegakan karena bayarnya belakangan, setelah tiba di Indonesia meski kami agak bingung juga dengan kebijakan RS yang seolah-olah tidak butuh uang ini.
Setelah pemeriksaan X-ray, kami mendapatkan penjelasan dari dokter yang bertugas, bahwa pergelangan tangan kiri saya dislokasi dan patah. Dislokasi akan segera diambil tindakan reposisi, namun penanganan patah harus dilakukan operasi. Dokter menyampaikan, bahwa RS tidak bisa menjamin bahwa saya akan mendapatkan jadwal operasi yang pasti, bisa jadi dua hari lagi, namun jika ada pasien yang lebih darurat maka jadwal operasi saya, bisa mundur sampai batas waktu yang tidak bisa diperkirakan. Dokter menyarankan untuk operasi di RS lain saja, tetapi mereka akan tetap melakukan reposisi untuk dislokasinya.
Menikmati Suasana dengan Satu Tangan Pascacedera
- Diah Endang
Proses reposisi dilakukan dengan “menidurkan” saya dan saya terbangun dengan kondisi tangan sudah di gips 20 menit kemudian. Tangan kiri saya di gips dari telapak tangan hingga di atas siku. X-ray dilakukan lagi untuk melihat apakah tulang saya sudah berada pada posisi yang benar, karena jika tidak, maka harus segera dijadwalkan operasi.
Setelah foto X-ray dikonsultasikan ke dokter bedah tulang, mereka menyatakan bahwa tangan saya sudah berada pada posisi seharusnya, sehingga operasi tidak diperlukan segera dan saya dapat meninggalkan RS setelah pengaruh biusnya hilang. Sekitar pukul 22.00 malam, kami sudah kembali ke penginapan untuk beristirahat.
Dengan segala pertimbangan, maka kami memilih tetap tinggal di Chamonix sesuai jadwal, yaitu selama 3 hari 2 malam, dan akan melanjutkan pengobatan di Rotterdam, Belanda, kota dimana anak saya menetap bekerja, sejak sekitar 1 tahun terakhir.
Hari kedua di Chamonix, diawali dengan sarapan croissant yaitu sejenis roti Prancis yang terasa sangat enak, sebelum kami menuju stasiun kereta api untuk mengunjungi Mer de Glace yaitu gletser terpanjang di Prancis.
Di Depan Stadhuis Usai Melihat Rotterdam Philharmonic Orchestra
- Diah Endang
Setelah puas menikmati Mer de Glace, kami berkeliling di sekitar pertokoan Chamonix, menikmati suasana natal dan melihat barang-barang yang menarik perhatian. Sebagian besar toko menawarkan potongan harga yang cukup menggiurkan. Dengan kondisi tangan di gips, saya pun tetap bersemangat untuk terus berkeliling.
Hari ketiga, hujan salju tipis menemani kami sarapan di salah satu kafe di sana. Kami menghabiskan waktu dengan berbelanja dan berfoto di tempat-tempat yang menarik.
Siang harinya, kami menuju airport Geneva–Swiss untuk kembali ke Rotterdam. Sesampainya di airport, kami harus menunggu konfirmasi dari petugas bandara, apakah saya dipebolehkan terbang dengan kondisi tangan di gips. Cukup lama kami menunggu koordinasi petugas bandara, walaupun sudah ada surat keterangan layak terbang dari dokter di RS Sallanches.
Keesokan harinya, asuransi menjadwalkan untuk konsul dengan dokter umum di sebuah klinik. Konsultasi ini adalah untuk mendapatkan rujukan ke dokter spesialis trauma. Sebagai informasi, pasien di Belanda tidak bisa langsung konsul ke dokter spesialis tanpa rujukan dokter umum. Biaya pemeriksaan ini, langsung ditagihkan ke pihak asuransi, sehingga kami tidak mengeluarkan uang sepeserpun.
Siap Kulineran di Central Station
- Diah Endang