Indigenous Tourism: Beberapa Wisata Adat di Indonesia dan Tantangan yang Harus Dihadapi

Dayak Bahau
Sumber :
  • IG/history_nusantara_id

Samarinda, WISATA – Indonesia yang mempunyai ratusan kelompok etnis adat, memiliki potensi besar untuk indigenous tourism atau wisata adat yang dapat dikelola secara bertanggung jawab. Berikut beberapa contohnya:

Sama Sama di Pedalaman, Inilah Perbedaan Wisata Adat Suku Anak Dalam dan Baduy Dalam

 

- Wisata Adat Dayak (Kalimantan):

Indigenous Tourism di Indonesia: Menyelami Kearifan Lokal dengan Bertanggung Jawab

 

Adat Dayak sangat kaya dan beragam, ada di Kalimantan Tengah (misalnya sekitar Palangkaraya, Sungai Rungan), Kalimantan Timur (Kampung Pampang - Samarinda), Kalimantan Barat (Sintang, Kapuas Hulu), dan Kalimantan Utara.

MALANG: Hewan Kurban Ini Diarak Keliling Kampung Sebelum Disembelih, Konon untuk Hasilkan Daging yang Lebih Berkualitas

 

Pengalaman yang bisa didapatkan dalam berwisata adat Dayak adalah: Menginap di rumah panjang (betang) tradisional, belajar tentang kehidupan komunitas, menyaksikan atau berpartisipasi dalam tarian tradisional seperti Hudoq atau Mandau, mendengarkan cerita rakyat dan sejarah, mencicipi makanan khas, melihat kerajinan tangan (manik-manik, tenun, ukiran), belajar tentang hubungan spiritual dengan hutan, serta kegiatan seperti membuat sagu atau menangkap ikan tradisional. Beberapa operator bekerja langsung dengan desa adat untuk memastikan manfaat langsung.

 

- Wae Rebo (Flores, NTT) yang berlokasi di desa terpencil di pegunungan Manggarai, Flores.

 

Kegiatannya adalah dengan melakukan perjalanan dan petualangan trekking ke Wae Rebo. Pengalaman utamanya adalah menginap di rumah adat berbentuk kerucut unik yang disebut Mbaru Niang. Hidup sederhana bersama masyarakat, ikut serta dalam kegiatan sehari-hari (seperti membantu menyiapkan kopi atau makanan tradisional), mendengarkan cerita dari tetua adat, menyaksikan tarian dan musik tradisional, serta merasakan kedamaian dan harmoni komunitas dengan alam pegunungan yang masih asri. Desa ini merupakan model sukses konservasi budaya dan lingkungan berbasis komunitas.

Wae Rebo

Photo :
  • IG/waerebo.official

 

Hal-hal atau tantangan yang perlu mendapat perhatian dan pertimbangan penting dalam pengadaan wisata adat diantaranya adalah menciptakan pertunjukan yang tidak autentik alias menjual budaya hanya sebagai komoditas. Selain itu perlu pengelolaan yang baik supaya nilai-nilai tradisional tidak terkikis dengan masuknya budaya luar.

 

Perlu diperhatikan kemanfaatan wisata adat dengan memastikan pendapatan benar-benar mengalir adil ke komunitas, bukan hanya ke operator luar atau perantara. Selain itu perlu dipastikan untuk menghindari terjadinya konflik lahan yang seringkali menjadi isu krusial bagi masyarakat adat.

 

Sebelum datang ke lokasi wisata adat, perlu dipastikan bahwa pengunjung untuk datang dengan sikap rendah hati, menghormati aturan adat, meminta izin sebelum memotret, dan tidak membagikan lokasi sakral tanpa izin.

 

 

 

Sumber: kemenparekraf.go.id