Menjelajah Lasem, Tiongkok Kecil yang Bikin Kesengsem

Klenteng Poo an Bio
Sumber :
  • tangkap layar youtube/tiongkok kecil heritage Lasem

WisataLasem adalah kota kecamatan kecil di pesisir Pulau Jawa yang memiliki perpaduan budaya Tiongkok dan Jawa yang kental  Kota ini  dikenal dengan sebutan “Tiongkok Kecil” karena merupakan wilayah awal pendaratan orang-orang Tiongkok di tanah Jawa. Di Lasem, perpaduan budaya Tiongkok dan Jawa yang kental menjadikannya destinasi wisata yang unik dan patut untuk dikunjungi.  Penggemar bangunan bersejarah akan tergoda untuk menjelajahi situs-situs sejarah di sini.

Cleopatra: Ratu Mesir yang Menggoda Kekaisaran Romawi, Kisah Cinta dan Politik

Konon, setelah menjelajahi bangunan tua di Lasem dan bertemu dengan masyarakat lokalnya akan menimbulkan perasaan jatuh cinta dan rasa tertarik yang amat sangat yang disebut kesengsem.

Lasem mempunyai banyak situs sejarah dan wisata yang menarik, antara lain:

Racun Hemlock dan Harga Kebenaran: Warisan Socrates untuk Dunia Modern

1. Rumah Merah Lasem

Tempat ini kerap disebut juga sebagai Omah Abang karena arsitekturnya didominasi warna merah. Awalnya rumah ini merupakan tempat penyimpanan candu sebelum akhirnya berpindah kepemilikan dan saat ini berfungsi sebagai penginapan. Perabotan yang ada di rumah ini sangat kental dengan nuansa Tiongkok yang kuno.

Mencermati Beberapa Prasasti Tua yang Berperan Penting sebagai Warisan Budaya Indonesia

Rumah Merah Lasem begitu istimewa. Siapa saja akan merasa betah menghabiskan waktu seharian di sini. Rumah kuno ini sangat estetik dengan dominasi warna merah cerah dan telah berdiri sejak tahun 1800-an.  

Pengunjung dapat mengeksplor spot unik di Rumah Merah. Ada sumur tua berwarna merah, pintu besi merah yang menjadi spot favorit, dan nuansa khas budaya Tiongkok lainnya.

Di sini juga dikenal sebagai Omah Batik Tiga Negeri di mana batik  diproduksi di tiga tempat yakni Lasem, Pekalongan, dan Solo. Yang membuat batik ini khas adalah perpaduan warnanya yang terdiri dari warna merah, cokelat, dan biru. Harga batik yang dibanderol di Oemah Batik ini sangat bervariasi mulai dari puluhan ribu, ratusan ribu, hingga jutaan rupiah.

Rumah Merah ada di Desa Karangturi Kecamatan Lasem, buka pukul 08.00 sampai 22.00 WIB dengan tiket masuk Rp20.000.

2. Kampung Batik Karangturi

Lasem juga terkenal dengan keindahan batik tulisnya. Rasanya belum lengkap jika berkunjung ke Lasem tanpa membawa cenderamata batik tulis. Ada Kampung Batik Karangturi di mana pengunjung dapat memilih berbagai motif batik dengan bahan kain yang sangat indah.

Batik di Lasem telah diproduksi sejak abad ke-18 oleh warga keturunan Tionghoa yang tinggal di sana. Di Karangturi, kita dapat menemukan rumah-rumah kuno berdinding tinggi yang telah berdiri sejak tahun 1700-an. Rumah-rumah inilah yang menghasilkan batik Lasem yang terkenal hingga ke mancanegara.

Teknik batik yang dibuat berbeda dari batik lainnya, sangat original dan turun-temurun,  budaya Tiongkok sangat mempengaruhi motif batiknya seperti motif burung phoenix dan naga. Pada saat ini sudah dibuat pula motif flora dan fauna lokal yang bercampur dengan motif-motif khas Tiongkok tersebut. Bisa dipilih motif laseman, tiga negeri, kricak, gunung ringgit dan motif klasik lainnya.

Kampung Batik Karangturi beralamatkan di Desa Karangturi Kecamatan Lasem, bisa dikunjungi setiap hari dan tidak ditarik tiket masuk.

3. Mesjid Jami’ Lasem

Bagi umat  Muslim ternyata bisa melakukan wisata religi di Lasem. Caranya dengan mengunjungi Masjid Jami’ Lasem. Sesungguhnya bukan hanya masjid biasa, terlihat dari desain interiornya yang diukir dengan kaligrafi. Terlebih lagi, di tiap sudut masjid terdapat ukiran kayu yang khas dari pantura timur Jawa.

Lokasi dari Masjid Jami’ Lasem sendiri sangat strategis, berada di jalan raya utama. Sehingga, wisatawan yang ingin berkunjung untuk menunaikan sholat lebih mudah menjangkaunya. Didekat masjid juga terdapat makam waliullah yang sering diziarahi.

Salah satu makam itu adalah makam Mbah Sambu,  penyebar agama Islam yang hidup zaman Kerajaan Majapahit. Terdapat pula makam ulama besar Lasem yakni simbah KH Ma’shum, dan makam Adipati Tejakusuma I.

4. Omah Lawang Ombo

Lawang Ombo ini sering juga disebut sebagai Rumah Candu. Di balik namanya, tersimpan sejarah bahwa dulunya rumah ini menjadi tempat penyelundupan opium di Jawa. Candu merupakan komoditas alam berharga, tetapi terlarang.  Jadi, banyak orang yang melakukan perdagangan secara sembunyi-sembunyi atau ilegal.

Desain dari Omah Lawang Ombo sangat kental dengan nuansa Tiongkok.  Barang-barang yang digunakan di rumah ini adalah barang lama seperti pipa untuk menghisap opium atau jangkar tua dari kapal pemilik Rumah Candu.

Omah Lawang Ombo sudah berdiri sejak abadke-18  dan kini tidak berpenghuni.  Untuk masuk ke bangunan ini, harus mendapat izin dahulu dari pengelola bangunan.

Omah Lawang Ombo terletak di Jl Sunan Bonang 70, Pereng, Soditan, Lasem.  Buka setiap hari dan tidak ada tiket masuk alias gratis.

5. Kelenteng Gie Yong Bio

Kelenteng Gie Yong Bio ini dibangun di tahun 1780 untuk menghormati pahlawan yang berjuang dalam perang Geger Pacinan pada tahun 1742 sampai 1750 yaitu Oei Ing Kiat, Raden Pandji Margono dan Tan Kee Wie. Kelenteng ini mempunyai ukiran dinding yang juga menarik untuk diamati. Direnovasi pada tahun 1915, hal yang menarik dari kelenteng ini adalah adanya altar untuk Raden Pandji Margono yang merupakan seorang tokoh ningrat Jawa beragama Islam. Keberadaan kelenteng ini menggambarkan hubungan yang baik antara warga keturunan Tionghoa dan Jawa di Lasem.

Lokasi kelenteng ini ada di Jl Babagan 7 Tawangsari Kecamatan Lasem, buka setiap hari pukul 09.00 sampai 22.00 WIB.

6. Rumah Oei

Satu lagi rumah bersejarah yang dapat dijadikan tempat menginap, yaitu Roemah Oei, yang merupakan bangunan sejak tahun 1818 namun baru dibuka untuk umum pada tahun 2018.

Di bagian tengah rumah terdapat tempat terbuka yang menjadi panggung untuk mementaskan kesenian Tiongkok dan Lasem. Selain itu,  bagian depan rumah juga terdapat toko cenderamata dan kedai kopi yang enak untuk bersantai.

Rumah Oei terletak di Jl Jatirogo 10, Pandeyan, Karangturi, Lasem dan buka setiap hari.

7. Kelenteng Cu An Kiong

Kelenteng Cu An Kiong ini salah satunya dan dipercaya sebagai kelenteng tertua di Jawa. Berdasarkan namanya, kelenteng ini disebut Istana Kebajikan dan Kedamaian atau Ci An Gong.

Dinding yang dipenuhi lukisan dewa dewi dan aroma hio yang masuk ke hidung akan menjadi kenangan yang mengesankan dari kelenteng ini. Selain itu pengunjung juga dapat mengagumi papan-papan bertuliskan peribahasa yang dibuat antara tahun 1875 hingga 1908.

Kelenteng Cu An Kiong ada di Jl Dasun 19, Pereng, Soditan, Kecamatan Lasem, buka pukul 09.00 sampai 22.00 WIB.

8. Kelenteng Poo An Bio

Kelenteng ini tidak kalah tuanya dengan bangunan lain di Lasem dan dibangun pada tahun 1740. Pada bagian depan kelenteng terdapat deretan lampion dan dua patung singa yang dianggap dapat mengusir keinginan jahat. Memasuki kelenteng, kita dapat melihat lukisan-lukisan dengan cerita rakyat yang terpasang di dinding. Menurut sejarah, kelenteng ini dibuat untuk persembahan kepada Dewa Kwee Sing Ong yang juga memiliki kelenteng di Fujian, Tiongkok. Karena usia kelenteng yang sudah tua, saat berkunjung diharapkan tidak menyentuh lukisan atau mural di dinding kelenteng.

Kelenteng ini berlokasi di Jl Karangturi Gg VII/15 Kecamatan Lasem dan buka setiap hari pukul 09.00 sampai 22.00 WIB.

9. Petilasan Sunan Bonang

Tempat wisata Lasem terakhir adalah petilasan Sunan Bonang. Oleh penduduk sekitar meyakini bahwa dulunya merupakan tempat peristirahatan Sunan Bonang. Beliau merupakan salah satu Walisongo yang menyebarkan islam di nusantara. Banyak pula orang yang melakukan ziarah di petilasan tersebut.

Petilasan ini berada di Bukit Kemuning, Desa Bonang, Kecamatan Lasem.

Untuk berwisata keliling Lasem, mengunjungi tempat-tempat bersejarah tersebut sekarang tidaklah sulit, karena wisatawan dapat mengikuti paket tur yang sudah mencakup semua tempat, termasuk tour guide, makan siang dan belajar membatik kurang dari Rp100.000 saja