Mengatasi "Brain Rot": Mengapa Otak Kita Terkikis di Dunia Digital dan Cara Mencegahnya

Wisata Jomo di Gunung Bromo
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Pernahkah Anda merasa kewalahan setelah berjam-jam menghabiskan waktu di media sosial, menonton serial tanpa henti, atau hanya terganggu dengan pemberitahuan aplikasi yang tak ada habisnya? Jika ya, maka Anda mungkin sedang mengalami apa yang kini dikenal dengan istilah "brain rot" (kerusakan otak). Istilah ini mendominasi perhatian publik setelah Oxford memilihnya sebagai kata tahun ini. Fenomena ini mencerminkan penurunan kemampuan otak untuk fokus dan berpikir jernih akibat paparan berlebihan terhadap teknologi digital.

Pesan Abadi Al-Ghazali: Fokus pada Diri Sendiri, Bukan Dosa Orang Lain

Apa Itu Brain Rot?
"Brain rot" menggambarkan keadaan kelelahan mental yang ditandai dengan kabut kognitif, menurunnya fokus, dan rasa keletihan akibat penggunaan perangkat digital secara berlebihan. Ketika Anda terlalu banyak menggulir media sosial, menonton video tanpa henti, atau terlalu sering multitasking, otak Anda mulai merasa kelelahan. Ini bukan hanya tentang waktu yang terbuang, tetapi juga tentang berkurangnya kemampuan untuk berpikir kreatif, menyelesaikan masalah, dan menikmati momen secara penuh.

Mengapa "Brain Rot" Menjadi Kata Tahun Ini?
Fenomena ini semakin nyata dengan hadirnya konten-konten viral di platform seperti TikTok dan YouTube, yang dirancang untuk membuat pengguna terus menonton dengan memberi mereka "tampilan yang mengejutkan" atau kejadian absurd. Salah satu contoh yang mencolok adalah fenomena viral Skibidi Toilet di TikTok yang, meski tampaknya tidak bermakna, berhasil menarik perhatian dan membuat pengguna terus terjaga. Ini adalah contoh nyata dari fenomena "attention economy", di mana platform-platform digital seperti TikTok, Instagram, dan YouTube berlomba-lomba untuk menarik perhatian kita dengan cara yang semakin kreatif, bahkan jika kontennya tidak memberikan manfaat nyata.

Brain Rot, JOMO, dan Stoicisme: Jalan Menuju Ketahanan Mental di Era Teknologi

Tanda-Tanda Brain Rot
Gejala-gejala brain rot sangat mudah dikenali. Anda merasa gelisah saat mencoba fokus bekerja, tergoda untuk membuka ponsel setiap saat, atau bahkan merasa lelah meskipun baru saja beristirahat. Semua itu adalah tanda bahwa otak Anda kelelahan dan membutuhkan pemulihan. Gejala fisik yang juga sering terjadi adalah mata lelah, sakit kepala, dan pola tidur yang terganggu akibat paparan cahaya biru dari perangkat elektronik.

Bagaimana Cara Mengatasi Brain Rot?

Digital Overload dan Brain Rot: Mengapa Wisata JOMO Kini Jadi Tren?

1.     Minimalisme Digital
Langkah pertama untuk mengatasi brain rot adalah dengan mengevaluasi kembali kebiasaan digital Anda. Cobalah untuk mengurangi aplikasi atau platform yang tidak memberikan nilai positif dalam hidup Anda. Hapus aplikasi yang jarang digunakan, matikan pemberitahuan, dan jadwalkan waktu untuk menggunakan media sosial, bukan sekadar mengikuti alur tak berujung.

2.     Aktivitas Offline
Menjauhkan diri dari layar juga sangat penting. Aktivitas seperti membaca buku, menulis jurnal, berolahraga, atau meditasi dapat membantu menyegarkan pikiran dan tubuh Anda. Ini memberikan otak kesempatan untuk bersantai dan kembali fokus.

Halaman Selanjutnya
img_title