Digital Overload dan Brain Rot: Mengapa Wisata JOMO Kini Jadi Tren?

Wisata Jomo di Gunung Bromo
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Di era teknologi ini, kita sering terjebak dalam siklus notifikasi, scroll tanpa henti, dan informasi yang datang bertubi-tubi. Kondisi ini dikenal sebagai digital overload—kondisi ketika otak merasa terlalu jenuh oleh arus informasi digital. Akibatnya, banyak orang mulai mengalami Brain Rot, istilah populer yang menggambarkan efek negatif dari konsumsi konten digital yang berlebihan, seperti stres, gangguan tidur, dan kehilangan fokus.

Brain Rot, JOMO, dan Stoicisme: Jalan Menuju Ketahanan Mental di Era Teknologi

Sebagai respons, muncul tren wisata JOMO (Joy of Missing Out), yang menjadi alternatif bagi mereka yang ingin memutus hubungan dengan teknologi dan kembali menikmati hidup secara lebih autentik.

Apa Itu Wisata JOMO?

Panggilan Tolstoy: Berhenti Sejenak dan Temukan Kebahagiaan di Sekitar Anda

JOMO adalah konsep menikmati momen tanpa gangguan teknologi atau rasa takut kehilangan sesuatu di dunia digital. Dalam wisata JOMO, seseorang diajak untuk memprioritaskan pengalaman langsung, seperti berinteraksi dengan alam, melakukan meditasi, atau sekadar menikmati waktu tanpa ponsel.

Alasan Mengapa Wisata JOMO Semakin Populer

Metode Socrates: Rahasia di Balik Cara Berpikir Kritis dan Fleksibel

1.     Menurunkan Tingkat Stres
Detoks digital terbukti dapat menurunkan kadar stres. Sebuah studi dari American Psychological Association menunjukkan bahwa mengurangi waktu layar selama liburan meningkatkan perasaan relaksasi hingga 40%.

2.     Meningkatkan Kualitas Hubungan Sosial
Dengan mematikan ponsel, wisatawan bisa lebih fokus pada interaksi dengan keluarga atau teman, menciptakan hubungan yang lebih mendalam.

Halaman Selanjutnya
img_title