Mengapa Wisata JOMO Menjadi Ekspresi Modern dari Filosofi Stoikisme?

Seseorang Menikmati JOMO, Retret Meditasi di Ubud Bali
Sumber :
  • Image Creator bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Di tengah hiruk-pikuk era digital, istilah Joy of Missing Out (JOMO) semakin populer sebagai antitesis dari budaya Fear of Missing Out (FOMO). JOMO mengajak individu untuk menikmati momen tanpa merasa terbebani oleh tekanan sosial. Menariknya, konsep ini memiliki keterkaitan erat dengan filosofi Stoikisme, sebuah ajaran kuno yang menekankan hidup dalam harmoni dengan alam, menerima hal-hal di luar kendali, dan fokus pada kebajikan.

Donald Robertson: Kehidupan yang Baik Bukanlah tentang Memiliki Lebih Banyak, tetapi tentang Membutuhkan Lebih Sedikit

JOMO sebagai Refleksi Modern Stoikisme

Wisata JOMO mengadopsi prinsip Stoikisme dengan memberikan ruang bagi pelancong untuk melambat, menyatu dengan alam, dan meresapi kesederhanaan hidup. Tempat-tempat wisata yang mengusung tema ini biasanya berada di lokasi terpencil, jauh dari keramaian dan teknologi. Misalnya, menghabiskan waktu di pegunungan, hutan, atau pantai tanpa gangguan gawai memberikan pengalaman mindfulness yang mendalam.

Rasionalitas: Cahaya yang Menuntun di Tengah Kegelapan Nafsu – Inspirasi dari Chrysippus

Prinsip Stoikisme dalam Wisata JOMO

Stoikisme mengajarkan untuk fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan dan menerima kenyataan dengan ikhlas. Dalam konteks JOMO, perjalanan menjadi alat untuk merefleksikan nilai-nilai ini:

  1. Kesederhanaan Hidup: Dengan menjauhi kemewahan, pelancong belajar menghargai momen kecil.
  2. Pengendalian Diri: Mengurangi ketergantungan pada teknologi melatih disiplin dan fokus.
  3. Keseimbangan Emosi: Menikmati kesendirian tanpa merasa kesepian, seperti yang diajarkan para Stoik.
40 Kutipan Ajaran Chrysippus yang Masih Relevan dan Menjadi Inspirasi

Destinasi yang Menghadirkan Kedamaian

Halaman Selanjutnya
img_title