Mengapa Wisata JOMO Menjadi Ekspresi Modern dari Filosofi Stoikisme?
- Image Creator bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Di tengah hiruk-pikuk era digital, istilah Joy of Missing Out (JOMO) semakin populer sebagai antitesis dari budaya Fear of Missing Out (FOMO). JOMO mengajak individu untuk menikmati momen tanpa merasa terbebani oleh tekanan sosial. Menariknya, konsep ini memiliki keterkaitan erat dengan filosofi Stoikisme, sebuah ajaran kuno yang menekankan hidup dalam harmoni dengan alam, menerima hal-hal di luar kendali, dan fokus pada kebajikan.
JOMO sebagai Refleksi Modern Stoikisme
Wisata JOMO mengadopsi prinsip Stoikisme dengan memberikan ruang bagi pelancong untuk melambat, menyatu dengan alam, dan meresapi kesederhanaan hidup. Tempat-tempat wisata yang mengusung tema ini biasanya berada di lokasi terpencil, jauh dari keramaian dan teknologi. Misalnya, menghabiskan waktu di pegunungan, hutan, atau pantai tanpa gangguan gawai memberikan pengalaman mindfulness yang mendalam.
Prinsip Stoikisme dalam Wisata JOMO
Stoikisme mengajarkan untuk fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan dan menerima kenyataan dengan ikhlas. Dalam konteks JOMO, perjalanan menjadi alat untuk merefleksikan nilai-nilai ini:
- Kesederhanaan Hidup: Dengan menjauhi kemewahan, pelancong belajar menghargai momen kecil.
- Pengendalian Diri: Mengurangi ketergantungan pada teknologi melatih disiplin dan fokus.
- Keseimbangan Emosi: Menikmati kesendirian tanpa merasa kesepian, seperti yang diajarkan para Stoik.
Destinasi yang Menghadirkan Kedamaian