UGM: Museum Bio-Paleoantropologi, Benang Merah Antara Teuku Jacob dan Koleksi Manusia Purba

Museum Bio-Paleoantropologi UGM, Yogyakarta
Sumber :
  • ugm.ac.id

“Tentunya akan memunculkan rasa ingin tahu yang bermanfaat dalam proses mengasah ilmu pengetahuan,” jelasnya.

Sementara itu, Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH mengungkapkan, pihaknya baru saja melakukan revitalisasi museum ini juga sebagai bentuk penghormatan pada Prof. Teuku Jacob, tokoh besar dalam paleoantropologi dari UGM yang namanya diabadikan pada gedung museum.

Sosok mantan Rektor UGM ini juga dikenal membumi, rendah hati, dan penuh kontribusi sejalan dengan konsep ugahari, yang kemudian dijadikan konsep revitalisasi museum.

Prof. Yodi kemudian menjelaskan tentang tiga set patung yang sengaja diletakkan di depan museum.

Pertama, patung Homo erectus dan kedua, adalah patung Homo sapiens atau ras manusia yang menjadi simbol tidak ada lagi diskriminasi manusia berdasarkan ras atau suku bangsa.

“Patung ketiga adalah ikon utama kita, the end counter of primate, pertemuan simbolis dua bocah primata lintas zaman yang mencerminkan perjalanan evolusi manusia,” tuturnya.

Prof. Yodi juga menjelaskan, museum Bio-Paleoantropologi ini dipadukan dengan Museum Anatomi yang dihadirkan sebagai upaya integral fakultas untuk menjadi pusat rujukan dalam bidang anatomi manusia.

Museum ini diharapkan dapat menjadi tempat di mana sejarah, ilmu pengetahuan, dan pendidikan bersatu, sehingga dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang komprehensif bagi mahasiswa, peneliti, maupun masyarakat luas.

“Kedua museum ini bukan sekedar ruang untuk menyimpan artefak dan koleksi, tetapi menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan yang terus menyatukan kita dalam upaya memahami evolusi, sejarah, dan tubuh manusia,” pungkas Yodi.

(Sumber: ugm.ac.id)

Manusia dan Neanderthal Melakukan Kawin Silang 47.000 Tahun yang Lalu