GORONTALO: Danau Limboto, Rumah Bagi Ribuan Burung Ekor Berbagai Jenis
- infopublik.id
Gorontalo, WISATA – Danau Limboto di Provinsi Gorontalo merupakan kawasan lahan basah (wetland) yang menjadi rumah bagi ribuan ekor burung dari berbagai jenis.
Sepanjang hari dalam siklus setahun, Danau Limboto selalu riuh dengan suara burung.
Danau Limboto merupakan danau yang kaya substrat, media tempat hidup flora, fauna, atau jamur.
Di lapisan ini, makanan burung-burung air tersedia berlimpah.
Hal ini juga bergantung pada sifat fisik dan biologis lahan basah tersebut.
Burung bergantung setiap hari dan musiman pada lahan basah untuk mendapatkan makanan dan sistem pendukung kehidupan lainnya.
“Danau Limboto merupakan habitat bagi burung, terutama burung-burung air, ini fungsi danau Limboto sebagai lahan basah,” ujar Danny Rogi, seorang pegiat lingkungan, Sabtu (15/6/2024).
Menurut Danny, burung dan Danau limboto memiliki hubungan yang erat selama ribuan tahun.
Danau ini merupakan habitat burung yang penting, di tempat ini burung menggunakannya untuk berkembang biak, bersarang, dan membesarkan anak.
Danau Limboto menjadi tempat burung sebagai sumber air minum mencari makan, beristirahat, berlindung, dan interaksi sosial.
Danau ini juga menjadi rumah bagi tumbuhan, vertebrata, dan invertebrata yang menjadi sumber makanan burung.
Beberapa burung mencari makan di lumpur, mengambil cacing, crustacea, atau lainnya.
Jenis burung lain mencari makanan di kolom air, dan beberapa jenis burung lainnya memakan vertebrata dan invertebrata yang hidup di tumbuhan air.
Ada juga burung yang memakan biji, buah, umbi, dan daun tumbuhan air.
“Warga Gorontalo mengenal beberapa jenis burung di Danau Limboto,” kata Rosyid Azhar, dari Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA).
Rosyid menjelaskan nama-nama lokal burung yang dikenal warga sekitar Danau Limboto, antara lain duwiwi (itik benjut), bontula (mandar besar), tomeo (cangak merah), moloneo (ibis rokoroko), Alu'u (Bubut Hutan), Buluito (mandar padi zebra), Tatao (mandar batu), Buluoaha (kareo padi), Duduhu (blekok sawah), duwayo (kuntul kecil), Dondohulo (pecuk ular asia), dan lilimu (gagang bayam).
“Ini menunjukkan sejak dulu, warga Gorontalo sangat familiar dengan Danau Limboto, mampu mengenali flora dan faunanya,” ungkap Rosyid.
Pada penyelenggaraan Festival Pesona Danau Limboto (FPDL), Danny Rogi dan Rosyid Azhar berharap kegiatan di dalamnya harus mengusung tema-tema konservasi, baik lingkungan dan budaya masyarakat.
Penyelenggaraan FPDL dinilai sangat strategis mengusung tema konservasi, karena Gorontalo memiliki alam dan budaya yang relatif masih terjaga.
Festival ini juga menjadi salah satu Karisma Event Nusantara (KEN) yang penyelenggaraannya terbesar di Provinsi Gorontalo.
Festival ini juga menjadi ajang kolaborasi antara pemerintah, akademisi, komunitas, masyarakat, media, dan juga dunia usaha.
Nilai penting lainnya adalah, Gorontalo berada di bioregion Wallacea yang memiliki endemisitas tinggi.
Festival Pesona Danau Limboto dapat dijadikan wahana untuk menguatkan upaya-upaya konservasi yang selama ini perlu digenjot lagi.
(Sumber: infopublik.id)