Situs Seni Cadas Baru yang Ditemukan di Sudan Membuktikan Gurun Sahara Pernah Hijau

Seni Cadas di Gurun Atbai, Sudan
Sumber :
  • Cooper et al., The Journal of Egyptian Archaeology (2024)

Malang, WISATA – Bagaimana gurun pasir yang kering dan gersang pernah merupakan dataran yang hijau dan subur, telah dapat dibuktikan dengan adanya lukisan di cadas berupa manusia, antelop, gajah, jerapah dan hewan ternak. 

Prakiraan Cuaca Kota Banyuwangi Jawa Timur, Tanggal 3 Juli 2024

Teori ‘Sahara Hijau’ dikemukakan arkeolog tentang  iklim pada waktu itu, di mana ada periode lembab yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi, karena adanya ilustrasi seni cadas yang menggambarkan aktivitas manusia pada lingkungan yang subur. 

Para arkeolog dari Universitas Macquarie dan Institut Kebudayaan Mediterania dan Oriental dari Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia telah mengungkap serangkaian penemuan menarik di Gurun Timur Sudan, yang juga dikenal sebagai Atbai. Wilayah ini, yang kini menjadi salah satu wilayah terkering di dunia, pernah tumbuh subur dengan tanaman hijau subur dan satwa liar yang berlimpah. 

Penting! Lakukan Hal Berikut Ini, Bila Ada Indikasi Serangan Ransomware pada Data Anda

Para arkeolog telah menemukan Enam belas situs seni cadas baru di Gurun Atbai, berusia sekitar 4.000 tahun, yang menggambarkan ternak dan fauna sabana lainnya, sangat kontras dengan lingkungan gersang saat ini. Situs seni cadas mencakup ilustrasi rinci tentang manusia, antelop, gajah, jerapah dan terutama ternak. 

Julien Cooper, seorang peneliti di Universitas Macquarie, memimpin tim yang menemukan artefak penting ini selama Proyek Survei Atbai yang dilakukan pada tahun 2018 dan 2019. Dr. Cooper mengungkapkan keheranannya atas keberadaan ukiran ternak, dengan mengatakan, “Sungguh membingungkan untuk menemukan ternak diukir di dinding batu gurun karena membutuhkan banyak air dan padang rumput berhektar-hektar dan tidak akan dapat bertahan hidup di lingkungan Sahara yang kering dan gersang saat ini.” 

Mengapa Beberapa Negara Besar Terkesan Melindungi Para Hacker? Ini Alasannya

Seni cadas ini memberikan bukti penting yang mendukung teori 'Sahara hijau'. Temuan ini sejalan dengan penelitian arkeologi dan iklim sebelumnya yang menunjukkan adanya 'periode lembab Afrika' – periode yang ditandai dengan peningkatan curah hujan musim panas yang mengubah Sahara dari lanskap yang menghijau menjadi sebuah wilayah yang sangat kering. Periode ini dimulai sekitar 15.000 tahun yang lalu dan berakhir sekitar 5.000 tahun yang lalu. Pada masa ini, Sahara merupakan sabana berumput, dipenuhi danau, sungai, rawa dan kubangan air, yang menjadi tempat hidup berbagai satwa liar dan aktivitas manusia seperti penggembalaan ternak. 

Karya seni ini, yang dibuat sekitar 3.000 SM, menandai momen penting ketika Sahara yang tadinya subur mulai bertransformasi menjadi gurun tidak ramah yang kita lihat sekarang. Berakhirnya periode lembab di Afrika menyebabkan penurunan curah hujan secara drastis, yang menyebabkan pengeringan danau dan sungai. Pergeseran lingkungan ini memaksa penduduk kuno di wilayah tersebut untuk meninggalkan praktik penggembalaan ternak tradisional mereka. 

“Gurun Atbai di sekitar Wadi Halfa, tempat ditemukannya seni cadas baru, hampir tidak berpenghuni sama sekali. Bagi yang tersisa, ternaknya ditinggalkan untuk domba dan kambing,” jelas Dr. Cooper. Transisi ini mempunyai dampak besar terhadap populasi manusia setempat, mempengaruhi pola makan, pola migrasi dan cara hidup mereka secara keseluruhan. 

Situs seni cadas tidak hanya menggambarkan ternak, yang membutuhkan banyak air dan padang rumput, tetapi juga perahu, yang menunjukkan adanya perairan yang cukup besar pada saat itu. Dr Cooper mencatat, “Ketika Anda menemukan perahu-perahu ini jauh di padang pasir, maka Anda memiliki banyak pertanyaan lanjutan. Pada periode awal prasejarah ini, kita hampir tidak memiliki bukti adanya orang Mesir atau Nubia yang pergi sejauh ini ke padang pasir dan itulah mengapa sungguh tidak terduga untuk menemukan pemandangan perahu berukuran besar ini.” 

Ukiran rinci pada seni cadas menunjukkan bahwa penciptanya menghabiskan banyak waktu di kawasan tersebut, yang selanjutnya menunjukkan bahwa kawasan tersebut pernah dihuni dan mendukung kehidupan manusia. Transisi dari ‘Sahara Hijau’ ke gurun gersang tidak hanya mengubah lanskap fisik namun juga berdampak signifikan terhadap struktur budaya dan sosial pada saat itu. Ketika iklim semakin kering, banyak penduduk terpaksa bermigrasi lebih dekat ke Sungai Nil, sehingga berkontribusi pada pembentukan negara perkotaan awal di Mesir dan Nubia