Penggunaan Zat Halusinogen dalam Agama dan Budaya Suku Maya

Merokok Tembakau
Sumber :
  • archaeologymag.com

Malang, WISATA – Peradaban Maya, yang berkembang di Mesoamerika dari sekitar tahun 2000 SM hingga 1500 M, memiliki pemahaman yang mendalam tentang alam dan hubungan yang mendalam dengan alam spiritual. 

Inilah 4 Varietas Unggulan Baru Perkebunan Hasil Riset BRIN dan Mitra yang Meningkatkan Nilai Ekspor

Kebiasaan ritual narkoba mereka terjalin secara rumit ke dalam praktik keagamaan mereka dan memainkan peran sentral dalam upacara dan ritual mereka. Zat-zat ini dianggap suci dan digunakan untuk memfasilitasi komunikasi dengan Yang Ilahi, memperoleh wawasan spiritual dan berhubungan dengan hal gaib. 

Salah satu obat ritual paling terkenal yang digunakan oleh suku Maya adalah tanaman halusinogen yang disebut peyote (Lophophora williamsii). Peyote adalah kaktus kecil tak berduri yang mengandung senyawa psikoaktif mescaline

SHIN TAE-YONG: Tok....Sudah Resmi Ya, PSSI Perpanjang Kontrak STY

Suku Maya menggunakan peyote dalam ritual keagamaan mereka untuk berkomunikasi dengan dunia roh dan mencari bimbingan ilahi. 

Peyote dianggap sebagai tanaman suci di kalangan suku Maya dan penggunaannya sangat diritualkan. Itu sering dikonsumsi dalam bentuk minuman atau dikeringkan dan dikunyah. Konsumsi peyote biasanya merupakan bagian dari konteks upacara yang lebih besar, termasuk nyanyian, musik, tarian dan ritual lainnya. 

USNI: Meriah, Ajang Workshop dan Lomba Presenter untuk Jenjang SMA/SMK

Efek mescaline pada peyote menyebabkan perubahan kondisi kesadaran, ditandai dengan halusinasi yang jelas, peningkatan sensorik dan rasa keterhubungan dengan yang ilahi.

Suku Maya percaya bahwa selama perubahan ini, mereka dapat menerima pesan ilahi, mencari bimbingan spiritual dan terlibat dalam pengalaman transformatif.

Dukun atau pemimpin agama sering kali bertanggung jawab memandu ritual peyote. Mereka bertindak sebagai perantara antara dunia manusia dan dunia spiritual, membantu individu menavigasi pengalaman mereka dan menafsirkan pesan yang diterima.

Ritual peyote dilakukan di ruang khusus seperti kuil atau pusat upacara. Ritual ini merupakan bagian integral dari kehidupan keagamaan Maya dan dilakukan untuk menjaga keharmonisan dengan alam, mencari penyembuhan dan menjamin kesejahteraan masyarakat.

Penting untuk dicatat bahwa penggunaan peyote dalam ritual Maya tidak hanya terjadi pada peradaban Maya saja. Peyote memiliki sejarah panjang penggunaan di antara berbagai budaya asli di Mesoamerika dan Amerika Utara, dan terus digunakan secara seremonial oleh beberapa komunitas adat hingga saat ini.

Zat penting lainnya dalam praktik ritual Maya adalah tembakau (Nicotiana tabacum). Tembakau dianggap suci dan digunakan karena efek psikoaktifnya dan sebagai persembahan kepada para dewa. 

Suku Maya percaya bahwa tembakau memiliki kekuatan untuk menghubungkan mereka dengan alam spiritual dan memfasilitasi komunikasi dengan Tuhan. Itu dipandang sebagai saluran doa dan persembahan untuk mencapai para dewa dan roh. Tindakan merokok tembakau dianggap sebagai ritual sakral, yang memungkinkan individu memasuki kondisi kesadaran tinggi dan menjalin hubungan dengan dunia spiritual. 

Suku Maya menghisap tembakau dengan pipa atau menggulungnya menjadi cerutu selama upacara dan ritual keagamaan. Asap tembakau dipandang sebagai sarana untuk menyucikan ruang upacara dan peserta, menciptakan suasana sakral untuk interaksi spiritual. 

Suku Maya menggunakan tembakau tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga untuk efek psikoaktifnya. 

Selain itu, tembakau digunakan dalam berbagai bentuk ramalan dan praktik penyembuhan di kalangan suku Maya. Kadang-kadang ditelan atau digunakan dalam enema karena khasiat obatnya, diyakini dapat meringankan penyakit fisik dan meningkatkan kesejahteraan spiritual.

Suku Maya juga memanfaatkan berbagai tumbuhan dan bahan lain untuk praktik ritual mereka. Biji Morning Glory (Ipomoea spp.) digunakan oleh suku Maya karena sifat halusinogennya. Benih ini mengandung asam lisergat, pendahulu LSD, dan dikonsumsi untuk menyebabkan perubahan kondisi kesadaran dan penglihatan spiritual.

Mereka juga memanfaatkan benih tanaman jimsonweed (Datura spp.), yang mengandung senyawa penggerek yang kuat. Benih-benih ini ditelan atau digunakan dalam salep karena efek halusinogennya selama ritual dan praktik perdukunan. 

Penggunaan jamur halusinogen dalam budaya Maya menjadi topik perdebatan di kalangan peneliti, dan bukti sejarah mengenai penggunaan spesifiknya masih terbatas. Meskipun ada saran dan teori mengenai keberadaan jamur halusinogen dalam budaya Maya, penting untuk dicatat bahwa bukti nyata tidak begitu lazim dibandingkan dengan zat lain seperti peyote atau tembakau.

Beberapa ahli berhipotesis bahwa spesies jamur tertentu yang mengandung psilocybin, senyawa psikoaktif, mungkin telah digunakan dalam ritual Maya. Jamur psilocybin telah ditemukan di Mesoamerika, wilayah tempat berkembangnya peradaban Maya. Jamur ini diketahui menyebabkan perubahan kondisi kesadaran, penglihatan dan pengalaman spiritual.

Salah satu bukti utama yang mendukung penggunaan jamur halusinogen di kalangan suku Maya berasal dari karya seni Maya, khususnya mural dan tembikar. Penggambaran benda berbentuk jamur, sering dikaitkan dengan dewa atau adegan upacara, telah ditemukan di situs arkeologi. Penggambaran ini menunjukkan potensi makna budaya atau simbolisme yang dikaitkan dengan jamur dalam ikonografi Maya. 

Perlu dicatat bahwa ritual dan upacara jamur lazim dilakukan di budaya asli Mesoamerika lainnya, seperti Zapotec dan Mixtec. Budaya-budaya ini memiliki sejarah panjang dalam menggunakan jamur halusinogen untuk tujuan spiritual dan penyembuhan. Praktik budaya masyarakat sekitar mungkin memberikan konteks untuk memahami potensi peran jamur halusinogen dalam budaya Maya.

Minuman beralkohol juga merupakan bagian integral dari ritual Maya. Suku Maya memiliki tradisi kuat dalam mengonsumsi minuman beralkohol, seperti balché, minuman fermentasi yang terbuat dari kulit pohon. Minuman beralkohol ini sering dikonsumsi pada hari raya keagamaan dan pertemuan sosial dan diyakini dapat memfasilitasi komunikasi dengan alam spiritual.

Persiapan balché melibatkan perendaman kulit pohon balché dalam air, membiarkannya berfermentasi secara alami. Minuman yang dihasilkan memiliki efek agak memabukkan. Selama ritual, peserta akan meminum balché dalam cangkir atau wadah upacara, sering kali diiringi dengan nyanyian, doa dan tarian. Konsumsi balché diyakini membantu membangun hubungan antara alam fisik dan spiritual, memungkinkan individu berinteraksi dengan para dewa dan leluhur.

Selain balché, minuman beralkohol lainnya juga hadir dalam ritual Maya. Ini termasuk jus buah yang difermentasi dan anggur madu. Konsumsi alkohol berperan dalam menumbuhkan kohesi sosial, memperkuat ikatan komunitas, dan meningkatkan pengalaman beragama.

Selain tumbuhan dan zat tertentu yang disebutkan sebelumnya, suku Maya juga menggunakan bahan alami lainnya dalam ritual mereka. Misalnya, mereka membakar damar kopal sebagai dupa untuk menyucikan ruang upacara dan menciptakan suasana sakral. Asap tersebut diyakini membawa doa dan persembahan kepada para dewa.

Enema adalah bagian dari budaya Maya kuno dan digunakan untuk tujuan pengobatan dan ritual. Suku Maya mempraktekkan pemberian cairan secara rektal karena berbagai alasan, termasuk penyembuhan, pembersihan dan pembersihan spiritual.

Dalam hal penyembuhan, enema digunakan untuk mengobati berbagai kondisi seperti gangguan pencernaan, sembelit, parasit dan demam. Enema juga memiliki makna spiritual dan ritual bagi suku Maya. Mereka dipercaya dapat membersihkan tidak hanya tubuh fisik tetapi juga aspek spiritual dan energi. Enema digunakan sebagai bagian dari ritual pemurnian, terutama sebelum upacara penting atau acara keagamaan. Ritual ini bertujuan untuk membersihkan tubuh dari kotoran dan mempersiapkan individu untuk pengalaman spiritual dan interaksi dengan Tuhan. 

Pemberian enema biasanya dilakukan oleh individu khusus, seperti tabib, dukun, atau pendeta yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan. Mereka akan menggunakan alat khusus, seperti jarum suntik yang terbuat dari labu atau tulang, untuk mengalirkan cairan ke dalam rektum. 

Suku Maya percaya bahwa mengonsumsi obat-obatan ritual memungkinkan mereka melampaui kesadaran biasa dan memasuki kondisi kesadaran yang berubah di mana mereka dapat berkomunikasi dengan dewa, leluhur dan makhluk spiritual lainnya. Penggunaan zat-zat tersebut seringkali dipandu oleh dukun atau pendeta berpengalaman yang bertindak sebagai perantara antara alam manusia dan alam spiritual.

Ritual yang melibatkan obat-obatan ini sangat terstruktur dan mengikuti protokol yang tepat. Pertunjukan ini sering dilakukan di kuil atau ruang suci yang dihias dengan rumit. Suku Maya percaya bahwa ritual ini menjaga keteraturan dan keharmonisan kosmis serta menjamin kesejahteraan komunitas mereka.