Gaya Hidup Berburu dan Meramu pada Zaman Prasejarah
- Instagram/behindthetrowel
5. Praktik budaya yang fleksibel dan adaptif: Para pemburu dan peramu mengembangkan serangkaian praktik budaya fleksibel yang memungkinkan mereka beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan. Mereka memiliki pemahaman yang mendalam tentang lingkungan sekitar mereka dan menggunakan pendekatan trial-and-error untuk menemukan strategi efektif untuk bertahan hidup
6. Kepemilikan materi yang terbatas: Para pemburu dan peramu memiliki tingkat kepemilikan materi yang relatif rendah, karena gaya hidup nomaden mereka mengharuskan mereka mudah dibawa. Peralatan dan sumber daya dipilih dengan cermat dan digunakan secara efisien, memastikan beban minimal selama pergerakan
7. Mobilitas: Pemburu dan peramu biasanya bersifat nomaden atau semi-nomaden, bergerak sebagai respons terhadap perubahan musim dan ketersediaan sumber daya
Dalam masyarakat prasejarah, perburuan memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup dan kelangsungan hidup kelompok masa berburu dan meramu. Keberhasilan berburu sangat bergantung pada teknik dan peralatan yang digunakan manusia purba. Tujuan utama perburuan adalah untuk mengamankan sumber makanan dan menjamin kelangsungan hidup masyarakat. Masa berburu dan meramu zaman prasejarah menggunakan berbagai strategi dan alat, beradaptasi dengan lingkungan dan spesies mangsa yang berbeda.
Salah satu teknik berburu yang umum digunakan oleh masyarakat prasejarah adalah “berburu dengan ketekunan”. Hal ini melibatkan pengejaran mangsa dalam jarak jauh hingga hewan tersebut kelelahan dan dapat dengan mudah ditangkap. “Perburuan yang gigih” membutuhkan ketahanan fisik dan keterampilan melacak yang tinggi. Teknik lain yang digunakan oleh pemburu-pengumpul adalah “perburuan penyergapan”. Ini melibatkan menyembunyikan atau menyamarkan diri untuk mengejutkan mangsanya dan berhasil membunuh.
Alat yang digunakan untuk berburu bervariasi tergantung pada periode waktu dan wilayah geografis. Pada zaman prasejarah awal, pemburu hanya menggunakan peralatan genggam sederhana seperti tombak, lembing dan tongkat lempar. Peralatan ini dibuat dari bahan seperti kayu, tulang, atau batu dan efektif untuk serangan jarak dekat. Seiring kemajuan masyarakat prasejarah, mereka mulai mengembangkan alat-alat yang lebih canggih, seperti atlatl (pelempar tombak) serta busur dan anak panah. Inovasi-inovasi ini memungkinkan akurasi dan jangkauan yang lebih besar, memungkinkan pemburu untuk memangsa mangsanya dari jarak yang lebih aman.
Penggunaan alat berburu tidak hanya sebatas senjata saja. Pemburu dan peramu zaman prasejarah juga menggunakan perangkap untuk menangkap hewan buruan yang lebih kecil. Perangkap, misalnya, digali ke dalam tanah dan disembunyikan dengan dahan atau dedaunan. Begitu seekor hewan jatuh ke dalam lubang, akan lebih mudah untuk dibunuh dan diambil kembali. Metode perangkap umum lainnya adalah dengan membuat jaring atau kandang untuk menjerat atau mengurung hewan, sehingga lebih mudah ditangkap.