Makna Tersirat di Balik Bencana: Interpretasi Bait 14 Jangka Jayabaya
Minggu, 7 April 2024 - 14:26 WIB
Sumber :
- allthatsinteresting
- Kertagama:
Kertagama adalah sebuah kitab kakawin (puisi Jawa Kuno) yang memuat catatan sejarah Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Hilangnya Kertagama bisa diartikan sebagai terputusnya dokumentasi sejarah dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. - Hilang Lenyap Budayane: Hilangnya budaya bisa diinterpretasikan sebagai melemahnya nilai-nilai, tradisi, dan kearifan lokal yang menjadi identitas bangsa.
Bencana dan Penderitaan:
- Akeh Wong Kang Tapa ing Nguni:
"Tapa ing nguni" secara harfiah berarti "mati kelaparan". Ini bisa diinterpretasikan sebagai bencana kelaparan yang menyebabkan banyak orang meninggal dunia. - Mati Keluwen, Akeh Wong Mati Akeh Kang Lara: "Mati keluwen" bisa diartikan sebagai kematian massal, sedangkan "akeh wong mati akeh kang lara" bisa diartikan sebagai banyaknya kematian dan penderitaan akibat penyakit.
Interpretasi Kontemporer:
Interpretasi bait 14 Jangka Jayabaya tidak bisa lepas dari konteks kekinian. Hilangnya Kertagama mungkin tidak selalu diartikan secara literal, melainkan sebagai peringatan untuk menjaga dan melestarikan budaya asli Indonesia di tengah derasnya arus globalisasi.
Bencana dan penderitaan yang disebutkan bisa jadi bukan sekadar bencana alam, tetapi juga bisa dimaknai sebagai krisis sosial, ekonomi, atau kesehatan yang menyebabkan banyak orang menderita.
Pelajaran dari Jangka Jayabaya:
Halaman Selanjutnya
Jangka Jayabaya, alih-alih dimaknai sebagai ramalan yang pasti terjadi, sebaiknya dipahami sebagai pengingat dan nasihat. Berikut beberapa pelajaran yang dapat dipetik: