Epictetus: Jalan Menuju Kedamaian Batin dan Kebebasan Sejati

Epictetus
Sumber :
  • Cuplikan layar

Di tengah dunia yang hiruk pikuk dengan suara ambisi, pencapaian, dan ekspektasi sosial yang tiada habisnya, banyak orang mulai merindukan satu hal yang sebenarnya sangat mendasar: kedamaian batin. Di era digital ini, saat notifikasi dan perbandingan sosial seakan menjadi makanan harian, kita sering lupa bahwa ketenangan sesungguhnya tidak ditemukan di luar, melainkan di dalam diri sendiri.

Cara Seneca Mengubah Ketakutan Jadi Kekuatan: Strategi Mental ala Stoik

Salah satu tokoh filsafat Stoikisme yang mengajarkan hal ini dengan sangat kuat adalah Epictetus, seorang mantan budak yang berubah menjadi filsuf besar. Ia bukan hanya berbicara soal filsafat dari menara gading, tetapi benar-benar menjalani hidup yang keras dan tetap mampu menemukan makna, kebebasan, dan ketenangan di tengah keterbatasan.

Apa sebenarnya rahasia Epictetus untuk mencapai kedamaian batin dan kebebasan sejati? Dan mengapa ajarannya semakin relevan bagi manusia modern saat ini?

Kisah Tragis Akhir Hayat Seneca: Dibunuh oleh Kekuasaan yang Pernah Ia Dukung

Kebebasan Sejati Bukan Soal Keadaan, Tapi Sikap

Epictetus hidup sebagai budak selama bertahun-tahun sebelum akhirnya bebas dan menjadi pengajar filsafat di Roma. Dalam keterbatasannya itu, ia menemukan sebuah wawasan penting:

Seneca Mengajarkan Cara Menghadapi Kekuasaan, Ketamakan, dan Kehancuran Diri

“Tidak ada yang benar-benar bebas kecuali mereka yang telah menguasai dirinya sendiri.”

Kebebasan sejati, menurut Epictetus, bukan soal bebas dari aturan atau kesulitan, melainkan tentang menguasai pikiran, emosi, dan reaksi kita sendiri terhadap dunia. Seseorang bisa hidup di rumah mewah, bepergian ke mana saja, dan tetap merasa terpenjara oleh kecemasan, amarah, atau ketakutan. Sebaliknya, orang yang mampu menerima hidup apa adanya, dan memusatkan perhatian hanya pada hal-hal yang bisa dikendalikan, dialah yang benar-benar bebas.

Halaman Selanjutnya
img_title