Orang dapat Diidentifikasi Berdasarkan Pola Pernapasannya dengan Akurasi 97%

Menghirup Udara Segar di Pegunungan
Sumber :
  • pixabay

Malang, Wisata – Manusia memiliki pola pernapasan unik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan individu, demikian temuan sebuah penelitian.

Jet Li Buka-bukaan Soal Kecemasan Sosial, Ia Merasa Menderita Autis

Dalam karya tersebut, yang diterbitkan pada hari Kamis (12 Juni) di jurnal Current Biology, para peneliti dapat menggunakan algoritma untuk mengidentifikasi individu berdasarkan 'sidik jari pernapasan' yang berbeda ini hampir 97% dari waktu. Para penulis studi juga berpikir bahwa profil pernapasan dapat mengungkapkan petunjuk potensial tentang kesehatan mental dan fisik setiap individu.

Meskipun tampak mudah, pernapasan adalah proses kompleks yang diatur oleh beberapa wilayah otak. Hal ini mengarah pada hipotesis para peneliti, "Mengingat bahwa kita semua memiliki otak yang unik, kami berhipotesis bahwa keunikan ini juga akan tercermin dalam napas kita," kata penulis studi pertama Timna Soroka, seorang mahasiswa doktoral di Institut Sains Weizmann.

Gel Penarik larva dapat Membantu Mengisi Kembali Terumbu Karang yang Hancur

Untuk menguji hipotesis mereka, Soroka dan rekan-rekannya merekrut 97 relawan dan memasang perangkat yang dapat dikenakan pada setiap orang yang mengukur tarikan dan hembusan napas melalui tabung yang ditempatkan di bawah setiap lubang hidung. Perangkat tersebut mencatat pernapasan setiap peserta selama 24 jam saat mereka melakukan aktivitas rutin, termasuk tidur.

Para peneliti kemudian menggunakan program perangkat lunak untuk mengidentifikasi lusinan fitur berbeda di seluruh catatan pernapasan. "Ini bisa berupa fitur temporal yang tampaknya sangat tidak jelas, seperti durasi jeda sebelum menarik napas, atau durasi jeda setelah menarik napas," kata rekan penulis studi Noam Sobel, seorang profesor neurobiologi di Institut Sains Weizmann.

Albert Einstein: Kenikmatan Hidup, Hukuman Terselubung, dan Keseimbangan yang Hilang

Mereka kemudian menjalankan eksperimen tambahan pada 42 peserta, yang masing-masing menjalani satu hari pengujian tambahan di titik acak dalam jangka waktu dua tahun — dan ini menunjukkan bahwa pola variabilitas untuk setiap individu sangat mirip di kedua hari pengujian, namun tetap berbeda dari orang lain. Dengan kata lain, setiap individu memiliki 'tanda tangan' pernapasan yang unik, mirip dengan sidik jari.

Tanda tangan tersebut cukup berbeda bagi para peneliti untuk melatih algoritma pembelajaran mesin guna mengidentifikasi masing-masing peserta dengan akurasi 96,8%, berdasarkan pola pernapasan mereka saja.

Halaman Selanjutnya
img_title