Marcus Aurelius: Kaisar Bijak yang Menjadi Inspirasi Kehidupan Sehari-hari

Marcus Aurelius
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA - Di dunia yang penuh kebisingan, tekanan, dan perubahan cepat, kita sering kali mencari pegangan—sebuah filosofi hidup yang membumi namun kuat dalam menghadapi tantangan. Tak banyak tokoh sejarah yang mampu menginspirasi hingga zaman modern seperti Marcus Aurelius, kaisar Romawi yang juga dikenal sebagai filsuf Stoik. Meski hidup lebih dari 1.800 tahun lalu, pemikiran Marcus Aurelius tetap relevan dan bahkan menjadi panduan praktis dalam menghadapi dinamika kehidupan sehari-hari.

"Filsafat Tidak Dilahirkan dari Rasa Ingin Tahu, tetapi dari Rasa Cemas": Pesan Mendalam Pierre Hadot

Bagi banyak orang, Marcus bukan sekadar tokoh sejarah. Ia adalah cermin dari keteguhan batin, ketenangan pikiran, dan kepemimpinan yang bermoral. Ia bukan hanya pemimpin besar di medan perang dan pemerintahan, tetapi juga pemimpin atas dirinya sendiri. Tulisan-tulisan pribadinya, yang kini kita kenal sebagai buku Meditations (Renungan), menjadi warisan kebijaksanaan yang tak ternilai.

Filosofi Hidup yang Membumi

Pierre Hadot: “Filsafat adalah Pilihan Eksistensial yang Menuntut Transformasi Cara Hidup”

Marcus Aurelius hidup pada masa yang tidak mudah: perang yang berkepanjangan, wabah mematikan, hingga pengkhianatan dari orang terdekat. Namun dalam segala kesulitan itu, ia menulis dengan tenang dan mendalam, merenungkan makna hidup, kematian, kebajikan, dan kendali diri.

Salah satu prinsip utama dalam Stoikisme yang ia pegang erat adalah: kendalikan apa yang bisa kau kendalikan, dan terimalah apa yang tidak bisa kau ubah. Bagi Marcus, kehidupan sehari-hari bukanlah tentang mengejar kemewahan atau pengakuan, melainkan tentang menjalaninya dengan jujur, bijak, dan penuh integritas.

Socrates dan Rahasia Hidup Bahagia: Mengapa Hidup yang Baik Lebih Penting daripada Sekadar Hidup

Kebijaksanaan dalam Kalimat Sederhana

Banyak kutipan Marcus Aurelius yang menjadi pegangan hidup bagi jutaan orang saat ini. Misalnya:

"Very little is needed to make a happy life; it is all within yourself, in your way of thinking."

(Untuk hidup bahagia, sangat sedikit yang dibutuhkan; semuanya ada di dalam dirimu, dalam cara berpikirmu.)

Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan bukan terletak pada dunia luar, melainkan pada bagaimana kita memandang dunia itu sendiri. Kita sering lupa bahwa cara berpikir kita memiliki kekuatan untuk menciptakan kedamaian atau kegelisahan.

Inspirasi Bagi Dunia Modern

Mengapa Marcus Aurelius tetap populer hingga hari ini? Karena ia berbicara dengan kejujuran dan kesederhanaan tentang hal-hal yang paling mendasar dalam hidup: bagaimana kita berpikir, merespons, dan menjalani hari-hari kita.

Dalam era media sosial yang penuh perbandingan, egosentrisme, dan pencitraan, Marcus menawarkan kebalikannya: kerendahan hati, kesadaran diri, dan fokus pada apa yang benar. Ia menulis:

"Do not act as if you were going to live ten thousand years. Death hangs over you. While you live, while it is in your power, be good."

(Jangan bertindak seakan-akan kau akan hidup sepuluh ribu tahun. Kematian mengintaimu. Selama kau hidup, selama itu masih dalam kekuasaanmu, berbuatlah baik.)

Pesan ini sederhana, tetapi sangat mendalam. Kita diingatkan untuk tidak menunda kebaikan, tidak menunda pertumbuhan pribadi, dan tidak menunggu “waktu yang tepat” untuk hidup dengan penuh kesadaran.

Marcus dalam Kehidupan Sehari-Hari

Lantas bagaimana kita bisa menerapkan ajaran Marcus Aurelius dalam keseharian?

1.     Hadapi masalah dengan tenang. Ketika menghadapi rekan kerja yang menyebalkan atau tantangan hidup lainnya, tanyakan pada diri sendiri: “Apakah ini benar-benar pantas membuatku kehilangan kedamaian?”

2.     Fokus pada yang bisa kamu kendalikan. Kamu tidak bisa mengontrol cuaca, perilaku orang lain, atau hasil akhir dari banyak hal. Tapi kamu bisa mengontrol responmu.

3.     Lakukan yang benar, bukan yang populer. Dalam pekerjaan, hubungan, atau keputusan pribadi, pilih tindakan berdasarkan nilai, bukan berdasarkan pengakuan.

4.     Mulai hari dengan kesadaran. Marcus menyarankan agar kita mengingat betapa berharganya kesempatan untuk bangun dan hidup setiap pagi. Ini akan mengubah cara kita menjalani hari.

5.     Jangan terlalu sibuk memikirkan pendapat orang lain. Marcus pernah berkata bahwa manusia lebih menghargai opini orang lain tentang dirinya dibanding opini mereka sendiri. Ini adalah pengingat penting untuk tetap setia pada jati diri kita.

Pemimpin yang Tak Tergoyahkan

Marcus Aurelius bukan hanya filsuf. Ia adalah pemimpin sejati yang tetap teguh bahkan di tengah krisis. Ia tidak membiarkan kekuasaan membuatnya lupa akan prinsip moral. Bahkan ketika berada di puncak kekuasaan, ia tetap menulis untuk mengingatkan dirinya sendiri agar tetap rendah hati dan bertindak sesuai kebajikan.

Ia sadar bahwa kekuasaan itu sementara, bahwa tubuh akan menua, bahwa pujian dan celaan adalah hal yang fana. Apa yang abadi hanyalah kebaikan yang ditinggalkan.

Penutup: Teladan Abadi

Di zaman yang serba cepat dan penuh tekanan ini, Marcus Aurelius hadir sebagai suara kebijaksanaan yang lembut namun tegas. Ia tidak menawarkan solusi instan, tetapi jalan panjang menuju ketenangan batin yang sejati. Melalui tulisannya, kita belajar bahwa menjadi bahagia bukan tentang memiliki segalanya, tetapi tentang menjadi seseorang yang bisa menyikapi segalanya dengan bijak.

Filosofinya tidak memisahkan kehidupan spiritual dan praktis. Justru menggabungkan keduanya. Itulah mengapa Marcus Aurelius bukan hanya tokoh sejarah, tetapi juga inspirasi kehidupan sehari-hari yang tak lekang oleh waktu.