Massimo Pigliucci: Bahagia Bukan dari Dunia Luar, Tapi dari Dalam
- Cuplikan layar
Setiap malam, latihan merenung dan menulis jurnal menjadi cara untuk mengevaluasi apakah kita hidup sesuai dengan nilai-nilai kita. Bukan menilai kesuksesan dari apa yang kita capai, tapi dari apakah kita bertindak dengan kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri.
3. Amor Fati: Mencintai Takdir
Alih-alih hanya menerima kenyataan, Stoisisme mengajak kita untuk mencintai dan memeluknya sepenuhnya. Ini berarti melihat setiap peristiwa, bahkan yang sulit sekalipun, sebagai bagian dari proses kehidupan yang membentuk karakter kita.
Pigliucci menyebut ini sebagai cara untuk “mengubah penderitaan menjadi kekuatan batin.”
4. Meditasi Pagi dan Malam
Sebagaimana yang dilakukan para Stoik kuno seperti Marcus Aurelius, Pigliucci menyarankan untuk memulai dan mengakhiri hari dengan meditasi reflektif—bukan spiritual semata, tetapi sebagai sarana membentuk niat dan evaluasi tindakan.
“Pagi hari adalah saat untuk menetapkan nilai-nilai yang akan kita pegang hari ini, dan malam hari adalah waktu untuk merenung apakah kita hidup sesuai prinsip tersebut,” tulisnya dalam How to Be a Stoic.