Mengatasi Kecemasan dengan Latihan Mental Stoik ala Pigliucci
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA – Di tengah dunia yang penuh tekanan, tuntutan sosial, dan ketidakpastian masa depan, kecemasan menjadi masalah yang dirasakan banyak orang dari berbagai kalangan. Tidak sedikit yang mencoba berbagai metode untuk mengatasi kegelisahan—dari terapi modern hingga meditasi digital. Namun, Massimo Pigliucci, profesor filsafat dan salah satu penggerak Stoisisme modern, menawarkan pendekatan klasik yang terbukti tetap relevan: latihan mental Stoik.
Dalam bukunya How to Be a Stoic dan sejumlah tulisan serta wawancara publiknya, Pigliucci menjelaskan bahwa Stoisisme bukan sekadar filsafat kuno yang usang, melainkan cara hidup yang menawarkan ketenangan pikiran, bahkan di tengah kekacauan. Salah satu aspek yang paling membantu adalah bagaimana Stoisisme memberi alat mental untuk menghadapi kecemasan secara rasional dan terstruktur.
Mengapa Kita Cemas?
Menurut Pigliucci, banyak kecemasan muncul dari kesalahan persepsi kita terhadap hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan. Kita merasa tertekan oleh opini orang lain, hasil dari suatu proyek, atau ketidakpastian masa depan karena kita lupa membedakan antara hal-hal yang berada dalam kendali kita dan yang tidak. Di sinilah konsep kunci Stoik, yaitu dikotomi kendali, memainkan peran penting.
“Kita mencemaskan apa yang belum terjadi, padahal kita seharusnya memusatkan perhatian pada bagaimana kita bisa bertindak bijak saat ini,” ujar Pigliucci dalam salah satu kuliah publiknya.
Latihan Mental Stoik untuk Meredakan Kecemasan
Berikut adalah beberapa latihan mental yang disarankan oleh Pigliucci untuk membantu meredakan kecemasan, yang bisa dipraktikkan siapa saja dalam kehidupan sehari-hari:
1. Praemeditatio Malorum (Merenung atas Kemungkinan Buruk)
Alih-alih menghindari pikiran negatif, Stoisisme justru mengajak kita untuk membayangkan kemungkinan terburuk secara rasional. Tujuannya bukan untuk membuat kita takut, tetapi untuk mempersiapkan mental dan mengurangi kejutannya bila hal itu benar-benar terjadi.
Contoh praktik:
- Sebelum wawancara kerja, bayangkan kemungkinan ditolak. Lalu tanyakan, “Apa yang bisa saya pelajari dari itu?” dan “Apa yang bisa saya lakukan selanjutnya?”
Pigliucci menekankan bahwa dengan membayangkan kemungkinan buruk dengan pikiran jernih, kita menyadari bahwa kebanyakan ketakutan kita tidak seburuk yang kita bayangkan.
2. Jurnal Reflektif Harian
Setiap malam, Pigliucci menyarankan untuk merenung dan menulis jurnal mengenai hari yang telah dilalui: keputusan yang diambil, reaksi emosional, dan pelajaran yang dipetik. Ini membantu mengurangi kecemasan karena kita tidak hanya membiarkan perasaan menumpuk tanpa pengolahan.
Contoh pertanyaan reflektif:
- “Apa yang saya lakukan hari ini yang sesuai dengan nilai-nilai saya?”
- “Apa yang bisa saya perbaiki besok?”
Latihan ini memperkuat kesadaran diri dan membangun ketenangan batin.
3. Fokus pada Tindakan, Bukan Hasil
Salah satu sumber kecemasan terbesar adalah terlalu terpaku pada hasil akhir. Dalam Stoisisme, kita diajarkan untuk hanya fokus pada proses dan tindakan yang berada dalam kendali kita.
Sebagaimana Pigliucci katakan, “Kita tidak bisa mengontrol apakah orang akan menyukai pekerjaan kita, tapi kita bisa memastikan bahwa kita melakukan yang terbaik berdasarkan kemampuan kita.”
Latihan ini memberikan rasa damai karena kita tidak lagi dikuasai oleh hasil yang tidak pasti.
4. Penerimaan Rasional (Amor Fati)
Alih-alih menolak kenyataan atau berharap segalanya berjalan sempurna, Pigliucci mengajak kita melatih penerimaan yang aktif terhadap apa pun yang terjadi. Ini bukan sikap pasrah, tapi bentuk penerimaan rasional bahwa hidup memang tidak bisa selalu sesuai keinginan.
Dengan menerima kenyataan apa adanya dan memfokuskan energi pada respon kita, kecemasan berkurang karena kita tidak lagi berperang melawan realitas.
5. Ketahanan melalui Nilai (Virtue-Based Resilience)
Pigliucci percaya bahwa ketahanan sejati muncul ketika kita membangun hidup berdasarkan kebajikan: kebijaksanaan, keberanian, pengendalian diri, dan keadilan. Ketika hidup kita berlandaskan nilai, kita tidak mudah goyah oleh tekanan eksternal.
Ketika seseorang tahu bahwa ia bertindak sesuai prinsip, maka kecemasan akan penilaian orang lain, kegagalan, atau masa depan pun akan mereda dengan sendirinya.
Apa Kata Ilmu Modern?
Menariknya, banyak prinsip Stoik yang disorot oleh Pigliucci sejalan dengan temuan psikologi modern. Misalnya, journaling dan latihan kesadaran diri telah terbukti membantu mengurangi kecemasan. Begitu pula dengan reattribution therapy—melihat ulang suatu peristiwa dengan perspektif berbeda—yang mirip dengan Praemeditatio Malorum.
Dalam jurnal Psychology Today, disebutkan bahwa latihan Stoik seperti menulis jurnal reflektif dan mengenali kendali diri, dapat mengaktifkan bagian otak yang terkait dengan pengaturan emosi, seperti korteks prefrontal, dan menenangkan sistem limbik yang bertanggung jawab terhadap kecemasan.
Kesimpulan
Di dunia yang penuh ketidakpastian, Stoisisme ala Massimo Pigliucci hadir sebagai penyeimbang logis dan praktis. Dengan latihan mental Stoik yang sederhana tapi mendalam, kita bisa menghadapi kecemasan bukan dengan menghindar, tapi dengan menghadapinya secara bijak dan sadar.
Stoisisme mengajarkan bahwa kedamaian batin bukan datang dari lingkungan yang tenang, tapi dari pikiran yang tertata. Dan seperti yang sering diulang Pigliucci, “Ketenangan bukan berarti dunia berhenti ribut, tapi ketika kita mampu tenang di tengah keributan itu.”