Plato: “Jarang Sekali Aku Menjumpai Ahli Matematika yang Mampu Bernalar” — Sebuah Tafsir tentang Logika dan Realitas
- Image Creator/Handoko
Plato ingin mengingatkan bahwa logika harus disertai kebijaksanaan. Kecerdasan harus berjalan beriringan dengan nurani. Tanpa itu, kita akan menciptakan dunia yang canggih, tapi tidak adil.
Relevansi di Era Kecerdasan Buatan
Di era kecerdasan buatan (AI), pernyataan Plato terasa semakin tepat. Kita hidup di zaman di mana mesin mampu menghitung dan memproses informasi jauh lebih cepat dari manusia. Namun, apakah mesin bisa bernalar? Apakah AI bisa membedakan mana yang benar dan salah? Ini adalah pertanyaan besar yang sedang dihadapi para ilmuwan dan pemimpin teknologi saat ini.
Dalam pengembangan AI di Indonesia, penting untuk memastikan bahwa teknologi tidak hanya dibangun atas dasar efisiensi, tetapi juga mempertimbangkan nilai kemanusiaan. Kita membutuhkan para insinyur dan ilmuwan yang tidak hanya mahir berhitung, tetapi juga punya kemampuan berpikir etis dan filosofis.
Mendidik Generasi yang Mampu Bernalar
Kritik Plato seharusnya menjadi pemicu perubahan dalam sistem pendidikan Indonesia. Kita perlu membekali generasi muda tidak hanya dengan keterampilan teknis, tetapi juga dengan kemampuan berpikir kritis dan reflektif. Hal ini dapat dilakukan melalui integrasi pelajaran filsafat, logika, dan etika dalam kurikulum sejak dini.
Lebih dari itu, guru dan pendidik juga harus diberi pelatihan untuk mendorong diskusi terbuka di kelas, memfasilitasi debat sehat, dan mengajak siswa untuk melihat makna di balik angka dan data.