Chrysippus: Kekayaan Bisa Dimiliki Orang Bodoh, tetapi Hanya Orang Bijak yang Memiliki Kebajikan

Chrysippus
Sumber :
  • Cuplikan Layar

Kekayaan bisa dimiliki orang bodoh, tetapi hanya orang bijak yang memiliki kebajikan.”
Chrysippus

Bukan Dunia yang Bikin Kita Marah, tapi Cara Kita Menilainya – Pelajaran Stoik dari Donald Robertson

Jakarta, WISATA - Dalam dunia yang semakin menilai keberhasilan dari angka-angka materi, kutipan dari filsuf Stoik besar Chrysippus ini terdengar seperti tamparan kesadaran: bahwa memiliki kekayaan bukan berarti memiliki nilai sejati, dan kebijaksanaan jauh lebih langka serta berharga daripada tumpukan uang.

Mengenal Chrysippus, Arsitek Logika dan Etika Stoik

Zaman Serba Ingin Lebih, Tapi Lupa Caranya Merasa Cukup: Pesan Stoik Donald Robertson yang Menyentuh Hati

Chrysippus (sekitar 280–207 SM) adalah filsuf Yunani yang dikenal sebagai tokoh paling berpengaruh dalam pengembangan filsafat Stoik. Ia menulis lebih dari 700 karya (meskipun banyak yang tidak bertahan), dan dianggap sebagai pelopor logika, etika, dan kosmologi dalam aliran Stoik.

Ajaran Stoik berfokus pada hidup selaras dengan alam dan akal budi, serta menekankan pentingnya kebajikan (virtue) sebagai satu-satunya kebaikan sejati. Bagi Chrysippus, nilai hidup seseorang tidak diukur dari harta, status, atau kekuasaan, tetapi dari karakter dan kebijaksanaan.

Ryan Holiday: Dari Anak Muda Ambisius ke Guru Stoik Dunia – Perjalanan Filosofis yang Menginspirasi Jutaan Orang

Kekayaan Bukan Ukuran Kebajikan

Di zaman sekarang, memiliki kekayaan sering kali dianggap sebagai simbol keberhasilan. Rumah besar, mobil mewah, saham, dan aset digital menjadi tolok ukur pencapaian hidup. Namun Chrysippus menyatakan bahwa:

Kekayaan bisa dimiliki orang bodoh.

Ini adalah pernyataan berani yang mengubah paradigma. Ia mengingatkan kita bahwa kekayaan bersifat eksternal, dapat diwariskan, dicuri, dimenangkan, bahkan didapatkan dengan cara licik atau kebetulan. Artinya, tidak diperlukan kebijaksanaan untuk menjadi kaya.

Sementara itu, kebajikan:

  • Tidak bisa diwariskan atau dibeli.
  • Harus dilatih dan diciptakan melalui pengalaman hidup.
  • Merupakan hasil dari pilihan sadar untuk bertindak benar.

Perbedaan Mendasar antara Kekayaan dan Kebajikan

Aspek

Kekayaan

Kebajikan

Sumber

Eksternal: warisan, keberuntungan, pasar

Internal: akal, nilai, prinsip

Sifat

Bisa hilang dalam sekejap

Tidak bisa dirampas

Kepemilikan

Bisa dimiliki siapa saja

Hanya dimiliki orang bijak

Nilai sejati

Relatif dan berubah

Abadi dan tetap

Tujuan akhir

Kepuasan duniawi

Kedamaian batin dan kehormatan diri

Mengapa Hanya Orang Bijak yang Bisa Memiliki Kebajikan?

Menurut Chrysippus, kebajikan tidak bisa hadir tanpa kebijaksanaan. Orang bijak memahami:

1.     Apa yang benar dan salah.

2.     Kapan harus berbicara atau diam.

3.     Bagaimana mengendalikan emosi dan hasrat.

4.     Mengapa nilai moral lebih penting dari imbalan duniawi.

Sementara itu, orang yang hanya mengejar kekayaan bisa tersesat oleh:

  • Keserakahan,
  • Ketakutan kehilangan,
  • Kecanduan status sosial,
  • Atau perilaku culas yang mengorbankan etika.

Dengan kata lain, kekayaan tidak membutuhkan kebajikan untuk didapatkan, tapi kebajikan membutuhkan kebijaksanaan yang mendalam untuk tumbuh.

Contoh dalam Kehidupan Nyata

1. Orang Kaya yang Tidak Bijak

Ia memiliki uang berlimpah, tetapi memperlakukan pegawainya secara buruk, menghindari pajak, dan hidup dalam kekosongan moral. Ia mungkin sukses secara ekonomi, tetapi miskin dalam kehormatan dan kasih sayang.

2. Orang Sederhana yang Hidup Bijak

Ia mungkin hanya memiliki penghasilan cukup untuk hidup sehari-hari, namun ia jujur, disiplin, dan membantu sesama. Ia dihormati bukan karena hartanya, melainkan karena karakternya.

Ajaran Stoik: Jangan Menilai Hidup dari Kekayaan

Filsafat Stoik secara konsisten menekankan bahwa hal-hal eksternal seperti kekayaan, kesehatan, dan reputasi adalah "indiferen" — tidak baik atau buruk secara moral. Yang penting adalah bagaimana seseorang menghadapi dan menggunakan hal-hal tersebut.

Chrysippus ingin kita bertanya pada diri sendiri:

  • Apakah aku menggunakan kekayaanku untuk tujuan mulia atau hanya untuk memuaskan ego?
  • Jika semua kekayaanku hilang besok, apakah aku masih bisa mempertahankan harga diriku?
  • Apakah aku mengejar kebijaksanaan sebagaimana aku mengejar keuntungan?

Membangun Kebajikan: Jalan Panjang Menuju Kehidupan yang Bernilai

Tidak seperti kekayaan yang bisa datang secara tiba-tiba, kebajikan adalah hasil dari latihan seumur hidup. Menjadi orang bijak berarti:

  • Bersabar dalam menghadapi penderitaan.
  • Jujur dalam situasi apa pun.
  • Adil kepada semua orang, bahkan mereka yang tidak kita sukai.
  • Mengendalikan hawa nafsu dan amarah.

Filsuf Stoik tidak memusuhi kekayaan. Mereka hanya menolak untuk menjadikan kekayaan sebagai tujuan utama hidup. Kekayaan hanyalah alat; yang penting adalah bagaimana kita menggunakannya dalam cahaya kebijaksanaan.

Relevansi dalam Dunia Modern

Di era startup, NFT, saham, dan gaya hidup instan, mudah bagi kita untuk terjebak dalam ilusi bahwa nilai kita ditentukan oleh saldo rekening atau merek baju yang kita kenakan. Namun Chrysippus tetap relevan karena:

  • Dunia modern penuh godaan untuk menyimpang dari nilai-nilai kebajikan.
  • Tekanan sosial mendorong kita mengejar pengakuan, bukan kebijaksanaan.
  • Banyak yang kaya, tetapi sedikit yang bijak.

Kutipan Chrysippus adalah pengingat bahwa nilai tertinggi manusia tidak bisa dibeli. Nilai itu tumbuh dari keputusan untuk hidup benar, jujur, dan adil — bahkan ketika tidak ada yang menonton.

Jadilah Bijak, Bukan Hanya Kaya

Chrysippus, dengan kejernihan logikanya, mengajak kita kembali kepada esensi hidup yang bermakna. Ia tidak mengatakan bahwa kekayaan buruk, tetapi bahwa kekayaan tanpa kebijaksanaan adalah kosong dan rapuh.

Mari renungkan:

  • Apakah kita sedang membangun kekayaan atau membangun karakter?
  • Apakah kita lebih takut miskin harta atau miskin kebajikan?
  • Apakah kita mau diingat sebagai orang kaya, atau sebagai orang bijak?

Dalam dunia yang gemerlap dan penuh sorotan, suara Chrysippus adalah panggilan untuk kembali pada hidup yang utuh, sederhana, dan bermakna. Karena pada akhirnya, yang tersisa bukanlah angka dalam rekening, tetapi warisan moral yang kita tinggalkan.